Sabtu, November 08, 2014

#PersibDay

Yesterday was a big day for us. we had a big football match celebrated all over Indonesia. Indonesia Super League was coming in to the final match, Persib versus Persipura. after having a lot of matches, the teams got in to final. The match was held in Palembang. there was a lot of critics about the venue because most citizen taught that a biggest national match should be held in our capital city, where is the most neutral places for each supporters. yet, the official insist to held it there and the match was really tense.

At first, the match was so-so, even though the supporters were really enthusiast. after halftime, the match were getting competitive. a lot of cards had been gave to each players. at the end of the first round, the Persipura defender get a red card and had to leave the match. in result, the competition were tighten.

afterwards additional round needed because the score was tied, 1-1. The players were getting emotional while they wanted to win the match but it was quiet hard for them to make a goal. once the goal made, the opposing team made another goal. The score was 2-2 until the time end. In the end, penalty match would be the determinant of the winner. the more goals they made, the bigger challenge for them to won the match. however, they were full spirited to get the trophy.

In penalty match, the team needs 2 different goals to won the match. every players will face the goal keeper of the opposing team and do the penalty kick. on tonight match, there were 5 players set to do the first kicks. konathe, ferdinand, toni, supardi, and jufriyanto as the kickers and I Made Wiryawan as the goal keeper from Persib, and in the opponent side there were boaz, robertino, pahabol, and alom, while dede sulaiman as the goal keeper. Unfortunately, alom didn't make it because the shoot was blocked, so that, Persib won the match with score 5-3 on penalty match. that was really tensing. everyone were posting on social media when there was a goal and made a comment of how anxious they were. some said they couldn't even breath. haha

This was celebrated by all the supporters, called bobotoh. they were promising a lot of things if Persib won in this season. Bandung's mayor made a promise to cut his hair into bald, because it's been more than 19 years since the last winning of Persib. furthermore, they made hash tags in most of social media called "kami rindu juara" and "persib juara". they also celebrated it by parade around bandung. some people even stopped their trip at some kiosk only to watch the match, watch them by live streaming, and some of them continue their trip while their friend gave them live reports.

The celebration was really emotionally touched since they missed the champion, they love the team, and they love the city. moreover after the new mayor, mr. Ridwan Kamil, civilize back the nationality, people showed their love to this homeland back and love him as well. people started the match by praying together, and mr. mayor asked the citizen to watch the match together in every neighborhood in bandung. they supported the team by heart. some people cried watching the winning moment, lots of echoes sounded in every corner of the city, shouts, happiness, and may be there were also some sadness from the opposing team supporters. that's why, the celebration was really thrilling. the citizen, and bobotoh off course, feels that Bandung is not only a place, but feelings.

ah, i miss my Bandung.

Thank you mr. mayor, thank you persib, for gave us back our love, our sense, our pride, and our togetherness. #nuhunkangemil #persibjuara #bandungjuara #lagisokinggrisceritanya

Sabtu, Oktober 25, 2014

get up again!

Now, I am at my zero point.

Resilient. That is what a warrior needs.

Adapt. That is what a traveler should have.

Thrive. To live in this wild life.

Grow. It is a necessity of every human being.

Differentiate. Every stem cells have to do.

Learn. What a winner always try to do.

Win. Yes. You have to get it yourself in life.

Believe. Everything are on His own.

You and the stem cell

One day, a teacher said to me, “you’re still a stem cell. You are still looking for your life, looking for what you are going to be…”
In my heart, I whispered for sure, “no, you are wrong. You don’t know me. I know for sure what I am going to be. I know what I want to do”
Then I did what I was saying.
It’s been six months since I started. Yes, you were right. This wild life is unkindly let you grow up easily. Every single thing you want should be paid with your life. Time, energy, responsibility, and heart should be given. Yes, heart. Things came up by beating your heart up and down. Sometimes it let me relaxed and enjoyed every single thing, but sometimes it came rushed, unpredictable, and get you down.
Now I start to realize myself. I start to know that you were right, sir. I looked around and saw a lot of big things were around me. A lot of great people. A lot of things i can do. And people needs me in many ways. And again, life is about choices. Which way of life you choose will miroring yourself.
However, i found a lot of interesting way of life, yet life is chance and comes once.

Sabtu, Oktober 18, 2014

bandung one day trip :)


Belajar banyak tentang bandung dari kawan baik yang ga salah saya pilih :) he is a good tour guide. He knows bandung very well and he has a good taste of humor. He made my friends happy and satisfied with our treat.

Ketika bandung dan seisinya sudah menjadi sesuatu yang biasa saja karena terlalu sering dikunjungi, ternyata masih banyak yang belum saya tahu tentang behind the stories nya. Selalu ada cara untuk menemukan keunikan diantaranya :)

Dan mempelajari seluk beluk kota ini selalu menjadi hal yang menarik, in many ways :)

sudah mulai lelah, tapi selalu bahagia


serunya menikmati budaya seni sunda, fun!


Tetap excited di tengah kemacetan kota bandung yg haft sekali, karena banyak hal yg bisa diceritakan dari setiap sudut kota ini


tari topeng, khas sunda dengan karakter angkuh, pemberani, pemarah ;)

Senin, September 15, 2014

Proses menjadi dewasa

A lot of things came into my life. Harus dipahami bahwa saya ada di fase transisi hidup, antara mahasiswa yang beranjak dewasa dan manusia dewasa yang sudah harus bisa berdikari. Saya sedang belajar untuk "tidak peduli". Bukan untuk menghindari masalah, tapi untuk memilah mana yang benar menjadi tantangan dan mana yang jadi hambatan.

Kadang, tak semua hal yang datang ke hidup kita harus mendapat perhatian penuh. Hidup kita bukan untuk membahagiakan setiap itu, hidup kita untuk mendekat padaNya. Kita tak akan pernah bisa membahagiakan semua orang, tapi kita bisa mencari jalan terbaik dalam menghadapi banyaknya multitasking yang harus dilakukan.

Seorang senior berkata, "semua tergantung sudut pandang. Kalau ini dianggap masalah, akan selamanya jadi masalah dan kamu akan selalu bingung kenapa masalah ini tak kunjung selesai. Coba kamu ubah sudut pandangnya menjadi hal yang positif, maka kamu akan menjalaninya dengan lebih mudah, ikhlas, dan insyaAllah barokah..." Ya. Masalah bisa sekejap jadi keseruan tersendiri jika dilihat dari sudut pandang yg berbeda.

Perbedaan dalam hidup adalah wajar dan akan selalu ada, tapi yang penting adalah memahami perbedaan itu dan memahami cara menghadapinya. Sekarang, saya hidup di kemajemukan cara berpikir manusia. Menemui berbagai jenis pola pikir, kepentingan, dan tujuan hidup, membuat saya harus belajar menjaga idealisme dalam toleransi. Sulit. Ini part yang tidak mudah.

Tidak jarang saya harus bersitegang dengan orang lain hanya karena hal kecil yang saya pikir tidak perlu dipermasalahkan. Kadang saya yang harus menahan emosi atas sikap dan perilaku orang lain. Tapi saya adalah orang yang ketika tidak suka akan sesuatu, saya tidak akan ragu untuk mengatakannya, dengan atau tanpa konflik setelahnya. Bukan karena saya emotionally detached, tapi saya mau jadi merdeka dalam berpendapat dan bersikap. Tapi saya juga harus diingatkan jika memang cara saya salah. Saya tidak selamanya benar.

Saya selalu teringat pada seorang guru luar biasa yang mengajarkan saya esensi sesungguhnya dari MERDEKA. Negeri ini harus benar2 merdeka, dan semua itu harus berawal dari jiwa2 yang hidup diatasnya. Merdekakan jiwamu, tanpa keluar dari norma dan aturan yang berlaku. Dan terkadang, menjadi merdeka harus melalui proses belajar menerima saat pendapat ditolak, saat ide tak diterima, saat sikap diabaikan, saat usaha tak dilirik, dan lainnya. Kita harus tetap tegak berdiri. Bukan memaksakan kehendak, tapi sadari bahwa yg ditolak adalah pendapatnya, idenya, sikapnya, bukan membenci individunya, menjelekkan orangnya, atau merendahkan diri. Itulah merdeka.

Biar orang menunjukkan sikap yang "menjajah", sikap kita tetap harus merdeka. Karena itu yang diperjuangkan oleh leluhur kita.

Inilah yang disebut proses pendewasaan, proses untuk mencapai ketenangan dalam menghadapi persoalan, berpikir jernih dalam tekanan, dan mengambil keputusan dengan bijaksana.

Minggu, Agustus 31, 2014

this is me

banyak yang bertanya, "Rima, bagaimana rasanya jadi dosen? apa saja yang kamu kerjakan? memangnya bisa hidup dengan uang hanya segitu?"

saya cuma bisa bilang, "saya sedang belajar hidup". saya bukan sedang bekerja untuk mendapat uang, karena jika itu alasan saya, langkah saya kurang tepat dengan menjadi dosen. saya bukan sedang menjadi si serba bisa dengan belagak jadi dosen, tapi saya sedang belajar berbagi. saya sedang belajar untuk menggali ilmu lebih banyak dan saya belajar berbagi dengan cara seperti ini. Yang terpenting adalah saya belajar jadi diri sendiri, sosok yang disiplin, bertanggung jawab, dan mandiri, karena menjadi dosen bukanlah keistimewaan besar yg harus dibanggakan dan diperlakukan spesial..

mungkin rekan-rekan yang sedang bergelut di dunia klinis juga merasa sedang berbagi, dan memang benar cara kita saja yang berbeda. pada dasarnya hidup adalah bergantung pada hati. ketika hati berkata ingin berbagi, dengan cara apapun pasti intinya adalah berbagi.

saya selalu memaknai bahwa hidup adalah tentang berbagi. melalui karya apapun yang kita lakukan, sudah seharusnya bisa memberikan dampak bagi sesama. yang perlu diingat adalah berbagi tak selalu harus berawal dari memiliki banyak. saya saat ini masih sangat dangkal ilmunya, masih sangat tidak tahu apa2, masih sangat belum berpengalaman, tapi saya pernah belajar sesuatu dan saya ingin berbagi kepada orang2 yang kelak akan mengamalkan ilmu tersebut.

apa saja yang saya lakukan dengan menjadi staff di fk unpad, banyak, bervariasi, dan berenergi. bukan hanya berenergi berarti menguras energi, tetapi berenergi berarti disana kami berbagi pancaran energi. saya bertemu banyak orang dan saya terinspirasi banyak dari mereka. melalui berbagai pertemuan dan berbagai forum, saya belajar untuk terus berusaha jadi lebih baik. duduk satu meja dengan sosok2 yang saya kagumi tapi tetap harus bisa menunjukan kualitas diri sehingga tidak mengecewakan yang telah memberi amanah, tetap harus bisa menyadari berbagai kelemahan diri, dan tetap harus bisa jadi diri sendiri.

this is me, and tomorrow you'll find the better me :)

Jumat, Agustus 08, 2014

Another twist of life

Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler.

Siapapun yang kenal baik dengan saya selama kuliah, mungkin bingung dan kaget kenapa tiba2, random, saya ada di departemen ini. Dulu saya lantang bicara tentang hal-hal yang sama sekali bukan ilmu biomolekuler. Dulu saya gesit bergerak disekitar hal-hal politis. Dulu saya bahkan tidak melirik sama sekali ilmu biokimia. Tapi serunya, cerita perjalanan saya banyak twist yang bikin saya banyak tersenyum :)

Keputusan ini bukan saya yang minta sama pak dekan, saya cuma berdoa sama Allah supaya ditempatkan di departemen terbaik menurutNya. Saya punya kehendak, saya punya cita-cita dan mimpi, tapi saya sadar bahwa saya ini banyak keterbatasan.

Awalnya kaget, heran, bingung, dan bertanya2 saat menerima keputusan ini, tapi akhirnya saya sadar bahwa banyak hal yang selama ini kita rasa kita paham padahal sebenarnya tidak. Allah yang Maha Tahu.

Awalnya merasa ini keputusan aneh yang saya belum bisa terima. Padahal, sesungguhnya mungkin ini jalan terbaik buat saya. Pilihan saya sebelumnya belum tentu akan memberikan signifikansi hidup yg lebih baik daripada kalau saya di departemen ini. Allah yang Maha Bijaksana.

Awalnya merasa ini tidak akan seru, karena pilihan saya bisa sangat banyak main politik nya, dan itu dinamis. Itu pikiran saya. Padahal, mungkin saja yang politis2 itu bisa membawa saya semakin bersikap abu2, atau bahkan hilang idealisme. Disini, saya tidak tahu, alasan apa yang bisa membuat saya melunturkan idealisme yang sudah saya bangun. Allah yang Maha Pelindung.

Akhirnya saya sadar, saya ditunjuk oleh seorang guru besar biokimia, untuk bergabung di departemen tersebut. Bukankah ini salah satu kehormatan yang seharusnya tidak saya sia-siakan? Saya sangat percaya pada beliau, bahwa keputusan yang diambil tidak pernah main-main, selalu ada pertimbangan yang baik dari beliau sebelum mengambil keputusan.

Kalau dilihat dari keilmuan, banyak yang ilmunya lebih hebat dari saya untuk ditempatkan disana. Kalau dilihat dari kematangan berorganisasi, saya percaya banyak yang lebih senior yang lebih baik dari saya. Tapi rasanya terlalu gegabah kalau saya menganggap ini keputusan yang salah, karena pasti ada alasan lain yang tidak kalah pentingnya yang membuat keputusan ini harus diambil, meskipun saya belum tahu.

Oleh karena itu, saya sudah memantapkan hati, Bismillah, saya akan jalani, mulai banyak2 belajar, dan mulai menyusun kembali rencana2 kehidupan yang mungkin memang harus berubah. Saya tidak mau mengecewakan Allah. Setiap amanah yang Allah berikan, pasti selalu disertai dengan rezeki, kapabilitas, dan hikmah yang membuat kita terus berpikir dan bersyukur.

Senin, Juli 14, 2014

Pembeda.

Beberapa hari kebelakang obrolan saya dengan sekitar berkutat di masalah "pembeda".

"Awalnya manusia mwmulai sesuatu hubungan karena persamaan yang ada diantaranya. Tapi tahukah bahwa yang terindah adalah ketika manusia menyadari bahwa setiap dirinya adalah unik dan berbeda lalu mereka bisa menghargai keduanya."

"Hati-hati itu harus, tapi jangan sampai kehati2an kita menjadikan kita permissive terhadap sesuatu yang salah. Dihadapan kita adalah masalah antara memilih yang mudah atau memilih yang benar. Memilih yang mudah memang menggiurkan, tapi tidak selamanya itu benar."

"Semakin hari, dunia itu semakin abu2. Setan semakin hari semakin banyak. Tapi manusia jumlah nya relatif stabil. Lalu bagaimana manusia bisa bertahan berperang melawan setan, jika kita tidak tegas pada yang abu2. Yang abu2 itu kesukaannya setan looh, bila kita biarkan semakin lama bisa menjadi hitam. Lalu, apakah nanti idealisme kita masih sekuat saat ini? Tidakkah kita akan menyesal?"

"Kecintaan Allah pada hambaNya diwujudkan dalam bentuk penjagaan dan petunjuk dari jalan2 yang salah. Tapi manusia pun harus bisa menerima sinyal2 penjagaan dan petunjuk tersebut agar terhindar dari langkah2 yang salah. Dan Allah karuniakan akal untuk mencerna sinyal tersebut, dan Allah turunkan Al-qur'an sebagai penerangnya."

"Fabiayialaairobbikumaatukadzibaan"

Alhamdulillah :)

Kamis, Juli 03, 2014

Belajar dari hari ke hari

Sedih rasanya. Lihat orang datang mempertanyakan masa lalu saya, yang aneh tentunya tapi ga saya sadari, jadi suka ngerasa bodoh. Ngerasa ga optimal. Ngerasa malu sama diri sendiri. Ngerasa nyesel sama masa lalu. Kenapa dulu saya gitu yaa? Kenapa saya dulu ngelakuin kesalahan yang sepele tapi bikin malu? Kenapa saya saat itu ga tau ttg ini itu siih?

Di satu sisi saya bersyukur juga, dengan itu saya belajar, dengan itu saya tau banyak hal di dunia ini yg saya gak tau, dengan itu saya tau bahwa dunia ini luas dan banyak yang bisa dilakukan serta dieksplor. Tetap semangat yaaa, rim!

Merasa

Izinkan hati merasa. Merasakan apa yg orang lain rasakan. Merasakan apa yang hati ini benar2 rasakan. Merasakan apa yang orang lain harapkan. Asah kepekaan, asah kepedulian, agar kamu gak seperti orang2 sakit itu, rim!

Lagi. Dikasih pelajaran baru melalui berbagai proses kehidupan yg sedang dijalani. Syukuri. Syukuri. Nikmati. Biarkan hati benar2 merasa agar bisa mensyukuri sepenuhnya dan menikmati lebih.

Selasa, Juli 01, 2014

Another me

Saya sayang banget sama 2 orang yg baru saya temui dan saya kenal dekat ini. You are all the best.
Another part of me hiding inside you two. You two complete me :')
Cinta Allah ga pernah mati, cinta yang selalu hadir dalam bentuk apapun..
Kali ini 2 sahabat super yg indescribable :)


Rabu, Juni 11, 2014

Cari kerja 2014

Tadi siang saya baru bilang sama kakak saya, "buat saya, kerja itu bukan semata2 urusan cari uang, tapi bisa bersyukur, bahagia, dan bisa bermanfaat maksimal". Emang sih kalau perempuan ga punya tanggung jawab berlebih urusan nafkah, tapi janganlah jadi pria yang mencari rejeki bergantung pada gaji yg diiming2kan. Cari rejeki itu gantungkan pada Allah. Selama ikhtiar dan doa nya maksimal, rejeki ga akan kemana. Allah gak akan ngutang.

Maka dari itu, saya bilang, "KALAU kamu masih bisa cari kerjaan lain, jangan menjebloskan diri kepada hal yang kamu ga suka dan dipaksakan. Kalau kamu pasrah, bisa ikhlas menjalani beban kerjanya, gapapa. Yang penting kan sekecil apapun rejekinya, kita mau dan mampu bersyukur, maka nikmat dariNya akan ditambah. Yaa KALAU gak bisa, ikhlaskan untuk kerja apa saja asal halal, dan syukuri :)"

Tapi ini juga bukan berarti duduk manis menunggu pekerjaan yg pas dihati. Ikhtiar mencari juga harus ditempuh melalui proses2 yang benar. Kalau memang untuk jadi pemilik perusahaan itu harus berproses dari menjadi karyawan, lalu jadi manajer, jadi direksi, dan akhirnya menjadi owner, yaa tempuhlah jalur itu. If you want it, you must will it. Will itu yaa harus disertai usaha yang kuat juga.

Semangat mencari! Jangan lupa sesuaikan dengan bakat dan minat. Rejeki manusia tak selamanya harus berbentuk uang. Uang itu penting, tapi kalau bentuk rejekinya Allah ganti jadi beasiswa, bukan uang yg kita terima, itu rejeki juga kan yaaa? Harus disyukuri juga kan yaa? Hehehehe. Selalu bersyukur :)

Pilpres 2014

Pembangunan Indonesia, menurut saya, harus kembali kepada ideologi dan identitas bangsa. Masalah yg telah dilalui bangsa ini untuk mencapai pembangunan yg baik pasti banyak, tapi untuk saat ini, itu bukan alasan untuk menyalahkan pemimpin yang ada ataupun mencerca pemimpin yang akan datang. Masa peralihan pemimpin sudah mulai tiba. Sudah saatnya kita berpikir analitik untuk mencari akar masalahnya dan mendapatkan solusi terbaiknya bersama pemimpin yang akan datang. Tapi siapakah dia?

Setiap orang punya ideologi masing2, itu wajar, tapi ideologi bangsa yang mana adalah Pancasila dan cita2 besar bangsa pada UUD 1945 adalah milik seluruh bangsa Indonesia jika ingin tetap bersatu dalam sebuah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut saya, saat ini hal tersebut yg harus menjadi acuan utama kita untuk memilih capres-cawapres 2014, untuk mendapati Indonesia yang lebih baik. Bangsa ini sudah terlalu lama jalan masing2, menjadi bangsa individualis dengan kepekaan sosial yg terus berkurang, mulai apatis pada kondisi politik bangsa, dan mulai pragmatis dan pesimis terhadap cita-cita bersama. Mari pertimbangkan, mana calon yang memiliki pemahaman ideologi yang baik, yg sesuai dengan dasar negara kita, yang solutif, yg tepat sasaran pada masalah utama bangsa. Bagi saya, calon seperti itu yang layak dipilih.

Bangsa ini punya banyak intelektual muda berbakat. Sudah bukan saatnya kita memilih karena tak ingin memilih. Sudah bukan saatnya kita memilih karena uang. Sudah bukan lagi saatnya kita memilih karena pilihan orang. Sudah bukan lagi saatnya kita memilih dalam ragu. Sudah bukan lagi saatnya kita pilih presiden sambil memejamkan mata di bilik suara atau hitung kancing saat memilih. Sudah saatnya kita memilih solusi bangsa dengan keyakinan melalui pemimpin yg kita pilih, dengan kepasrahan dan doa yang terus menerus kepada Yang Maha Adil dan Maha Kuasa.

Mungkin kaum yang sudah sangat berpengalaman berkata, "sudah cukup dengan janji manis". Bagi saya, pada apa lagi optimisme kita akan berpegang, pada apalagi optimisme kita berpijak, jika bukan pada cita2 dan mimpi besar? Membanding2kan capres-cawapres secara INDIVIDU tak akan pernah ada habisnya. Kelemahan demi kelemahan akan terus kita temukan. Kita tak akan pernah temukan pemimpin yang sempurna, karena kepemimpinan adalah seni. Bukan berarti jangan membandingkan, karena karakter pemimpin pun penting. Akan tetapi jika kita jadikan itu satu2nya landasan ataupun landasan utama, kita akan lebih mudah membenci dan mendiskreditkan orang.

Bangsa ini mengalami dinamika yang sangat keras. Masalah demi masalah kita hadapi, mulai dari masalah ekonomi, sosial, politik, hukum, kesehatan, pangan, energi, transportasi, daaaaannn sangat banyak aspek yg saat ini jika dibiarkan akan jatuh kepada kondisi kritis. Jika itu terjadi, yang sulit akan makin sulit, yang punya kemudahan bisa semakin tak peduli.

Kondisi yang mengerikan yang harus kita atasi bersama ini, butuh pemimpin yang baik. Pemimpin yg baik bukan hanya punya karakter yg baik, tapi sesuai dengan kebutuhan bangsa saat ini, pemimpin harus juga solutif. Capres-cawapres mana yang memberikan ide2 terbaiknya, itu yang harus kita pilih. Bukan lagi memilih si A karena tidak ingin memilih si B, karena dengan begitu kita ujungnya akan mudah goyah, mudah ragu, dan bermental "menyalahkan". Tapi kalau kita memilih karena visi, misi, dan solusi, kita akan memberikan dukungan yg positif untuk negeri dan tidak mudah goyah karena kampanye2 negatif. Kalau kita punya kesamaan visi misi, kemanapun langkah kita pergi di bumi ini, akan selalu memberikan sumbangan yang baik untuk kemajuan negeri kita ini.

Selasa, Juni 10, 2014

Jadi menkes

Sepulang kerja, sambil nonton tv dan mengantuk karena kurang tidur akibat jaga malam *jagain kakak saya yang sakit*
"Neng, kamu suatu hari nanti jadi menkes yaa?" Ucap kakak saya sambil nonton tv
"Gak mau." Jawab saya tegas
"Kenapa?" Tanyanya heran
"Soalnya kalau saya jadi menkes, nanti saya banyak uang tapi sibuk banget karena mikirin rakyat.. Terus saya kapan tidurnya?"
-________-" sesepele itukah? Sepenting itukah tidur?
Saya: hahahahaha

Sabtu, Juni 07, 2014

Mau jadi dokter itu mahal?

Pendidikan dokter Indonesia memang edap sedap nikmat liatnya. Duitnya besar, aktivitasnya padat, karir terjamin. Begitulah orang memandang fakultas kedokteran.

Seminggu yang lalu, saya dan sepupu saya main ke sma tempat saya menimba ilmu dulu. Main2 saja, karena sepupu saya ini ingin sekolah disana katanya. Taunya, disana saya bertemu dengan seorang ibu yang juga ingin memasukkan anaknya ke sekolah itu. Ngobrol2, setelah si ibu tahu saya lulusan fk unpad, dia bilang "anak saya juga dulunya mau jadi dokter. Tapi setelah saya dengar kalau biaya sekolahnya tinggi, saya bilang sama anak saya supaya lupakan saja mimpi jadi dokternya". Saya senyam senyum dengernya. Saya bilang, "iya bu, betul. Masuk kedokteran itu mahal sekali biayanya. Banyak waktu yang harus dikorbankan, keluarga yang sering ditinggalkan, butuh energi lebih, dan butuh keinginan yang kuat. Kalau uang, itu relatif...".

Si ibu cerita lah berapa angka uang yang harus dikeluarkan untuk bisa masuk kedokteran. Besar sekali memang terdengarnya, bisa hingga ratusan juta. Tapi sungguh, itu bergantung pada universitas mana yang menjadi referensi. Universitas swasta memang harus diakui, beban keuangannya besar sekali. Tapi jangan dipukul rata untuk semua universitas. Dan biaya itu tidak selalu berbanding lurus dengan kualitas pendidikannya kok. Yang perguruan tinggi negeri tidak sebesar itu. Apalagi di unpad, terhitung paling murah. *promosi dikit* hehehehe

Yang paling penting dari semua itu adalah jangan pernah patahkan semangat dan mimpi anak hanya karena urusan biaya. Masalah rezeki itu Tuhan yang atur. Kalau memang diberi jalan untuk diterima di Fakultas Kedokteran, pasti diberi dengan rezekinya, melalui jalan apapun. Percaya bahwa Tuhan Maha Adil, Pengasih, dan Penyayang. Banyak jalan rezeki yang bisa diupayakan. Banyak beasiswa dan bantuan untuk mahasiswa yang tidak mampu dan mahasiswa yang memiliki prestasi yang baik. Cukup tunjukkan bahwa anda layak menjadi mahasiswa fakultas kedokteran, dan anda harus banyak bertanya mengenai jalan2 rezeki yang bisa di tempuh untuk menjaga keberlangsungan kuliah di fakultas kedokteran.

Setiap orang berhak mengejar mimpinya. Setiap orang berhak membangun hidup impiannya. Jangan patahkan semangat itu. Jangan pernah.

Jumat, Mei 02, 2014

New beginning!

Sekarang aku sedang duduk di lobby ruang dekanat fk unpad kampus jatinangor. Suasana yang tidak asing rasanya bagiku. Selalu hening, hanya suara binatang dari pohon2 diluar sana yang terdengar. Sofa nya masih sama. Sofa yang bantal2nya dulu sering kami ambil dan pakai di ruang senat, saat student center belum dibuat.

Tidak banyak yang berubah dari gedung ini. Hanya namanya yang dulu kami sebut dengan A1, kini berubah menjadi C1. Entah apa alasannya. Tapi semuanya masih tetap sama dimataku. Saat2 aktif sebagai mahasiswa di kampus ini, rasanya masih sangat lekat di ingatan. Saat begadang semalaman di ruangan2 ini karena kegiatan kemahasiswaan. Saat tawa canda tak terelakkan di sela2 padatnya perkuliahan.

Ah, memang, baru 2 tahun aku tinggalkan kampus ini. Dan sekarang aku kembali membawa mimpi2 baru, semangat baru, dengan status yang baru. Bismillah. Mungkin aku banyak tertinggal dari aspek karir klinis dibanding rekan2ku, tapi Allah memang selalu punya jalan yang unik untuk setiap hambaNya. Rezeki manusia memang selalu berbeda. Alhamdulillah :)

Semoga amanah baru yang aku terima saat ini dapat aku penuhi dengan baik. Semoga jalan ini jadi jalan terbaik yang aku tempuh, yg dapat berkembang dengan mengembangkan. Semangat, rima!

Selasa, April 29, 2014

Fk unpad dan obrolan warung kopi

Alhamdulillah.
Rasanya sangat semangat, sangat excited untuk balik lagi ke kampus.
Dikasih kesempatan luar biasa yang harus dimanfaatkan sebaik2nya.
Akan sangat bahagia kalo bisa bareng sahabat2 kesayangan, temen bercerita dan berdiskusi ala 'warung kopi'. Akan lebih bahagia kalau bisa wujudkan mimpi2 yg selama ini jadi obrolan angkot, obrolan ringan, tapi bermakna. Selama ini segala ide, unek2, dan mimpi tentang fk unpad hanya jadi wacana, tapi dari situlah justru pemikiran2 unik terbentuk.
Fk unpad butuh manusia2 yg semangat berkembang dan mengembangkan. Fk unpad butuh kalian, teman2!
Aku tunggu di fk unpad! :)

Rabu, April 23, 2014

Belajar dari keadaan

Mencoba mencerna ungkapan prof. Tri tentang "belajar menghadapi masalah". Ini emang masalahnya naik turun, bikin hati juga naik turun, bikin iman agak naik turun, dan bikin logika ikutan naik turun. Tapi harus dijaga tetap tenang, tetap stabil, tetap jernih akal dan hati. Berat memang, tapi harus bisa kalau mau lulus dari cobaan ini.

Ternyata kita bisa belajar banyak hal dari proses ini. Tiba2 liat neneng fulki ngepost di TL Line dengan kalimat "gak usah mati-matian ngejar yang gak dibawa mati". Sungguh nampol banget sama diri sendiri. Strike banget. Bikin nanya sama hati nurani, apa yang sebenernya lagi saya perjuangin? Ego saya? Mimpi saya? Keadilan hukum? Kepentingan publik? Atau memang kebenaran? Sungguh, Allah yang Maha Haq. Saya gak tau apa ini, tapi yang saya yakini saya sedang memperjuangkan apa yg saya anggap benar, dan semoga memang itu jalan kebenaran.

Kemudian naik turun nya emosi saya kepicu sama naik turun nya emosi sejawat2 saya. Sempet ikut naik. Sempet ikut emosi. Sempet jadi marah2. Sempet jadi galak. Tapi sejenak, semua mereda. Hanya sesaat, hanya nafsu. Aiihhh....memalukan. Sampai2 di pm sama adik angkatan, diingetin untuk gak ikut emosi, gak ikut marah2, gak ikut kebawa arus. Coba lihat lebih dekat, lihat lebih teliti, dan kuatkan langkah. Tenang, tapi tegas. Jaga akal sehat. Kalau emosi, akal sehat bisa hilang semua.

Belajar untuk kemudian nggak banyak galau di sosmed. Cukup seperlunya. Perbanyak galau sama Allah saja.

Saya pun sangat salut sama orang2 yg ternyata ada di atas sana yg menentukan kebijakan. Ini bukan soal mudah. Bukan soal yes or no. Tapi juga tentang banyak kepentingan. Butuh telaah lebih dalam, butuh ilmu lebih baik, dan butuh wawasan lebih luas. Dan tentunya butuh mental yang kuat dan hati yg tenang. Saya mau seperti mereka (dalam hal positif) yg luar biasa itu.

Dan saat ini saya menemukan dosen favorit saya lainnya, Prof.Dr.Med. Tri Hanggono Achmad, dr. Terima kasih banyak, prof atas ilmu nya. Meski pertemuan saya dengan beliau tidak begitu banyak, tapi sejauh ini prof tri telah memberi saya banyak ilmu, pengalaman, inspirasi, dan semangat. Terima kasih, prof. Alhamdulillah :)

Senin, April 21, 2014

Menghadapi masalah

Ada 2 hal yg saya cermati saat ini.
1. Saya selama ini ga lulus2 dalam menghadapi masalah
2. Saya sedang disiapkan untuk amanah yg lebih besar dari yg dibutuhkan saat ini

Lelah kadang, emosi naik turun, tapi logika gak boleh berhenti, gak boleh lengah, gak boleh lalai. Ingat, niatnya baik, niatnya tulus, dan tujuannya besar. Perbaikan bangsa. Jadi, tetap pada jalur, tetap berlindung dari godaan buruk, tetap semangat. Badai mah pasti berlalu, tapi seperti apakah after effect nya, itu yg harus dipikirkan dan dipertimbangkan.

Banyak2 istighfar. Saat ini saya lagi gak bisa nahan emosi massa. Saya bener2 bingung. Bener2 ga tau mesti gimana. Semoga jalan yg saya tempuh ini benar. Semoga apa yg diperjuangkan adalah untuk surga Allah. Semoga saya ga memperjuangkan semata2 untuk dunia. Semoga kali ini saya lulus. Semoga saya bisa amanah. Hati nurani bergetar melihat manusia2 disekitar seperti apa. Jaga hati.... Jaga diri... Jaga idealisme...

ISMKI vs CIMSA

Konyol memang kalau diingat. Dulu, waktu masih sangat aktif berorganisasi saya tergabung kedalam 2 organisasi besar di fakultas kedokteran se-indonesia ini. Di kampus, basis dari ISMKI adalah senat, sedangkan untuk CIMSA ada yang namanya CIMSA lokal. Saya adalah pengurus keduanya selama 2 tahun berturut2. 2 tahun itu cukup untuk saya memahami aksi nyata keduanya.

Kemudian datang tawaran untuk lebih aktif lagi di salah satunya, mulai dari diangkat sebagai koordinator wilayah, wakil sekretaris wilayah, dan hingga akhir 2012 saya jadi koordinator sebuah departemen nasional organisasi tersebut. Sangat paham segala hiruk pikuk organisasi tersebut. Ya, sebut saja ISMKI. Disana banyak isu beredar mengenai CIMSA. Saya yang juga pernah terlibat di kehidupan CIMSA, merasa heran. Rasanya apa yang dibicarakan gak segitunya. Banyak bumbu A, B, C, nya. Sungguh sensasi politik nya berhembus dimana2.

Dikampus, saya berteman sangat dekat dengan para aktivis CIMSA. Rasanya aneh, tiap bicara ttg organisasi selalu saja ada yg bertentangan. Sampai2 ada teman saya yang begitu tau saya cukup aktif di ISMKI, langsung antipati pada setiap aktivitas saya. Bahkan sampai ada yang frontal bilang, "Rim, lo anak ISMKI? Gw ga ngerti, kenapa sih ISMKI itu blablabla...."

Perpolitikan antar mahasiswa kok begini amat?
Sayapun mencoba mengalihkan fokus ISMKI dari yg tadinya berpikir banyak ttg CIMSA, jadi fokus pada aksi nyata untuk negri. Tapi sayangnya, karena satu dan lain hal, saat itu gak berhasil. Malah saya yang gagal memimpin. Kemudian setelah itu, saya berjanji akan melakukan banyak hal positif untuk membayar utang2 itu semua pada negri ini.

Dinamika politik sepertinya enggan pergi dari hidup saya. Sekarang saya dihadapkan pada permasalahan politik yg huwoooww melelahkan. Sangat lelah, sampai ingin nangis rasanya. Sangat bersemangat, karena ini salah satu momentum yg ga boleh terlewatkan untuk memperbaiki negri ini. Demi Indonesia yang lebih baik. Sampai2 ada teman saya bilang, "kok kamu tetap tenang, padahal kami2 sudah naik turun emosinya?". Saya cuma bilang, "kuncinya, yakin".

Kemudian saya mengingat banyak mimpi saya. Saya pernah bermimpi ingin jadi pejabat WHO. Melalui kesehatan, saya ingin jadi bagian dari perdamaian dunia. Melalui kesehatan, saya ingin hilangkan diskriminasi. Melalui kesehatan, saya ingin bangun pendidikan yg lebih baik. Dan melalui kesehatan saya bisa jadi bagian dari rahmat semesta alam. Ketinggian? Mungkin. Tapi teman saya ini bilang, "rim, harus ngeyel, tetep ngeyel. Karena ngeyel itu yg bedain orang beriman dan nggak".

Kembali ke polemik antar organisasi itu dan pengalaman saya saat ini yg kurang lebih efek dari perdebatan 2 pihak, saya belajar untuk terus ada diantara masalah. Saya belajar untuk punya endurance lebih. Saya belajar untuk mengatasi masalah dengan lebih bijak. Saya belajar untuk bisa lebih kuat. Saya belajar untuk punya keyakinan dan optimisme. Dan saya belajar untuk memahami banyak kepala, pandangan, dan ego.

Saya punya grup line bareng temen2 lulusan UKDI Februari 2014 se-indonesia. Disana belajar banyak, ketemu berbagai jenis manusia. Seru banget. Tapi saat ini saya nemuin 2 orang yang paling seru diajak ngobrol, sefrekuensi banget, dan kayanya kalo ketemu mereka saya ga usah ngomong pun mereka tau apa yg saya pikirin. Karena saat ini, via line pun sering begitu.

Tiba2, tadi saya diberikan satu fakta bahwa salah satu orang yg dekat sama saya ini adalah aktivis CIMSA. Bahkan pernah memegang jabatan paling tinggi disana. Sempet bingung beberapa detik. Bingung, kenapa dulu saya alay banget yaaa? Dulu saya jadi salah satu orang yg mikirin cara buat 'ngalahin' CIMSA, tapi pimpinan CIMSA nya saat ini jadi teman baik saya.

Yang menjadikan kita berselisih bukan orang didalamnya, bukan organisasinya, bukan tujuannya. Karena semua pada dasarnya adalah baik. Orangnya baik2, organisasinya juga baik, tujuan ya juga untuk kebaikan. Tapi ada ego yang bermain disana. Merasa memiliki organisasi tersebut, secara otomatis membentuk batasan yang nyata diantara keduanya. Dua kekuatan yang sama2 besar, sama2 baik, tapi tidak pernah bisa bersatu. Padahal kalau disatukan bisa jadi kekuatan syang sangat besar.

Ya Allah.....
Persatuan itu indah loh. Saat ini kami yg UKDI Februari bikin grup tanpa mandang latar belakang, tanpa mikirin status, tanpa mikirin siapa dia. Sungguh natural pertemanan kami. Dan kalau dipikir lagi, ngapain sih dulu saya segitunya mikirin perdebatan antara ISMKI dan CIMSA? Toh ketika sudah lulus, kita semua sama2 sejawat. Toh ketika sudah jadi sejawat, dia juga yang akan jadi teman diskusi, tempat konsultasi, dan sahabat berbagi.

Sama seperti 2 organisasi yang saat ini bikin kami galau berat. Ngapain ribut? Toh dilapangan dia juga yg jadi sejawat kita. Toh di lapangan, orang cuma tau dokter itu yaa dokter sesuai keahliannya. Bukan dokter dari organisasi A B atau C. Kecuali kalo yg jadi dokternya,Sp.IK, alias jago speak doang.. Hahahaha. Ujungnya gini, ga mengindahkan kesejawatan. 2 power yg kalau digabungkan bisa membangun perubahan bangsa yang jauh lebih baik, jauh lebih besar, jauh dari progres yang biasa. Gara2 ego masing2 jadi nya ga bisa ngasih efek besar untuk bangsa. Gara2 apa? Gara2 orang2nya ga berhasil ngalahin si ego, jadi pada mau menang sendiri.

Saran saya kalau ada anak ISMKI atau CIMSA yg baca ini, udahlaaahh rujuk aja.. Bikin satu kesatuan yg ga usah pikirin ego masing2. Kalo dari mahasiswa udah belajar egois sama organisasi, tua nya nanti kayak yg diatas sekarang, kan kacau. Jangan pernah belajar untuk terbiasa melakukan kesalahan, lama2 resisten dan menganggap yg salah itu jadi benar.

Persatuan itu indah.... Yukk belajar bijak memandang perbedaan.

Kalau kata prof.tri, ibarat memandang 2 rumah makan yg berbeda. Ada yg rame banget, ada yg sepi banget. Mau pilih yg mana? Pilih yg manapun ga ada yg salah. Yg menjadikannya tampak salah adalah kesesuaiannya dengan tujuan yg ingin dicapai. Jadi fokus pada tujuan asal dan hormati perbedaan dengan bijaksana :)

Selasa, April 15, 2014

Dreams.....uhhh lalalala~

Cita2 saya waktu kecil ada 3, dokter, guru, dan penulis. Saya ga pernah berpikir untuk mewujudkan ketiganya sekaligus, karena dulu saya pikir ini gak mungkin berjalan beriringan semuanya. Tapi saya ga pernah lupakan mimpi itu. Sampai saya lulus sma, saya masih gak rela milih salah satu dari ketiganya.

Setelah lulus SMA, saya harus buat 2 pilihan untuk SNMPTN. Orang bilang, saya gak mungkin jadi dokter dengan performance saya saat itu. Berbagai upaya saya lakukan, hingga akhirnya saya memutuskan untuk menjadikan dokter sebagai prioritas cita2, guru sebagai prioritas kedua, dan menulis.....entahlah, saya hanya berharap itu bisa jadi sambilan saya.

Saat ini, gelar dokter sudah saya raih, tinggal saya aplikasikan dalam hidup. Hanya saja, mimpi kedua dan ketiga masih menggelitik di pikiran saya selama 6 tahun kuliah. Ternyata, saya bisa aja jadi guru sambil jadi dokter. Kalau nggak, siapa yang akan ngajarin dokter? Saya pun kuatkan niat untuk apply dosen FK Unpad. Ini baru selesai interview, entah apa hasilnya, semoga Allah beri yang terbaik :)

Saya kemudian berpikir lagi untuk mimpi ketiga, menulis. Pulang dari belanda, saya banyak berpikir tentang ilmu2 yg dulu dipegang islam dan kini tidak lagi terdengar suaranya. Kenapa? Karena penelitian yg membawa harum nama islam tidak terdengar kumandangnya. Apakah penelitian itu masih berlanjut? Hal ini membuat tawaran asistensi penelitian jadi hal sangat menarik buat saya. Ini salah satu jalan da'wah lainnya. Menulis ilmu melalui penelitian. Sama2 jadi "penulis", kan?

Dreams come true. I never expect this much before. I just think these are coming really early, but i have to prepare the best of me, sooner better.

Ordeco! Hehehe

Ah, i love this day! Meskipun lama nunggu antri wawancara, tapi ujungnya mikir banyak tentang berbagai aspek kehidupan.

Selama ini kita mikirin kalo jenjang karir dan kehidupan akan banyak potensial di kota besar. Kalo di daerah kita gak bisa banyak berkembang. Kalo kita ke pedesaan, hidupnya statis, info terbatas, dsb. 

Lalu muncul pertanyaan kepada diri sendiri,
"sampai kapan manusia harus berpikir terus begitu? Sampai kapan proses urbanisasi dibiarkan merajalela tanpa pengembangan yg jelas di daerah? Sampai kapan kita terus memandang negatif pada area pedesaan? Sampai kapan kita terus egois memikirkan perkembangan diri sendiri? Bukankah bekerja itu berarti memberi manfaat seluasnya? Apa arti "seluasnya" jika banyak "tapi" didalamnya?"

"Lalu kenapa gak kita buat saja pedesaan itu jadi tempat yg nyaman untuk berkembang, tempay yang dinamis, tempat yang punya akses informasi yang baik, tempat yang juga bisa menghentikan urbanisasi berlebih dan ketidakmerataan penduduk di indonesia?"

"Kenapa kita hanya berpikir bahwa area pinggiran adalah hanya bagian kecil yg bisa diabaikan di Indonesia? Kenapa kita gak berpikir bahwa daerah terpencil adalah salah satu potensi dunia yang ga boleh dilupakan? Bukankah dunia ini terdiri dari segenap sistem, sistem terdiri dari berbagai subsistem, lalu mengapa harus dilupakan?"

Sayangnya gak semua orang bisa berpikir sepositif itu. Paradigma ini harus diperbaiki oleh kita semua. Ga bisa satu orang, ga bisa satu pihak. Harus bersama. Hanya saja, darimana awal nya kita menjaga nilai2 positif dan paradigma itu kalau bukan dari dunia akademis, di tengah hiruk pikuk perpolitikan yang kacau, hukum yang tak jelas, kepentingan pribadi dan golongan yang semakin menguat, dan individualisme yg meningkat? Inilah kenapa saya sangat ingin terjun di dunia akademis, selain untuk aktif mengembangkan ilmu2 yg menarik buat saya, menjaga nilai baik kehidupan sebagai jalan da'wah.

Tapi resikonya gak cuma sekedar "gitu aja", tetap ada resiko2 lebih yg harus dihadapi. Sudah terpikir sejak dulu akan resiko2 itu. Awalnya sempet ragu, bisa nggak ya mewujudkan mimpi2 itu? Saya ini cewe, harus mikirin keluarga, hamil, punya anak, dsb. Tapi kalo mau ngelakuin lebih, memang harus mau berkorban lebih. Kalau mau jadi orang luar biasa, harus mau nerima resiko yang gak biasa. Dan kita mau jadi orang2 luar biasa, kan? Toh residensi pun akan mendapat resiko yg cukup besar kedepannya. Kerja itu aktif berbuat, bukan untuk mendapat. Kalau mendapat doang sih sekolah aja terus. Hehehe

Kalo kata Rusy, "push to the limit and expand the endurance.. Jangan mau kalah sama orang2 "gila" diluar sana". *tapi jaga kesehatan juga yaaa, om! Hehehe.

Senengnya kenal rusy tuh gini niih. Positive thinking nya bisa bikin semangat dan gak takut nerima tantangan apapun rasanya. Hahahaha

Tadi pas wawancara, ternyata bener, ditanya banyak hal tentang "pertimbangan calon suami" atas berbagai resiko yg akan mungkin harus saya hadapi. Dengan santai dan yakin nya saya jawab bahwa "kami sudah siap menerima segala resiko2 tersebut dan dia justru sangat mendukung saya".

Mungkin, orang pikir saya jawab seenak jidat, terlalu positif, terlalu optimis. Yang ada di otak saya,  karena jodoh sesungguhnya baru diketahui saat akad nikah nanti, entah apa takdir hidup saya kelak, siapa yg jadi jodoh saya sesungguhnya, jadi ya memang dia harus siap dengan segala resiko itu. This is the path i choose. Tapi gak bilang gitu depan pewawancara juga, karena kalo saya berani bilang gitu, saya bunuh diri namanya. Hahahaha.

Allah tahu niat tulus kita. Kalau memang jalan ini benar, Allah akan kuatkan kita. Cukup yakini, karena yakin adalah kunci keteguhan langkah kita. Kalau bukan kita yang yakini, lalu siapa lagi yang bisa? Goyang itu biasa. Jatuh itu pelajaran. Tetap berpegang pada tali Allah, maka jalan terang akan menyertai. Seberapa banyak pun mimpi buruk yg kita hadapi, jangan pernah berhenti mencari mimpi indah kita. Selama masih dikasih nafas oleh Allah, masih ada peran penting kita untuk dunia, masih ada jatah rezeki kita, dan masih ada hal2 penting yang perlu kita lakukan. Percaya itu.



"Aku akan berkonsep, berteori, berbicara ttg apa yg aku lakuin, pikirin, aku tulis di puluhan artikel aku. Intinya aku tetep punya keyakinan yg kuat tentang hidup, Tuhan, dan aku. Ordeco :) Ga kan ada yg ngeruntuhin itu..."
-Nur Khairusy Syakirin, 6 april 2014-


Ordeco!

Senin, April 14, 2014

Hari pertemanan :D

Paris. Minggu, 14 april 2013.

"hari ini Allah pertemukan aku dan Rusy.
Aneh, baru pertama bertemu, tapi seakan sudah mengenal bertahun2. Hahahaha. Entahlah."

Ada satu2nya orang baru kenal yang berani buat saya nunggu 2 jam lebih sebagai impresi pertama, di negeri orang, di kota yg katanya paling indah dan romantis di dunia, tapi jadi berasa basi gara2 nunggu sendirian berjam2. Hahahaha
*herannya saya tungguin pula*

Dari yg awalnya asik banget, foto sana sini, gelincatan sana sini, sampe kameranya bosen, saya mati gaya, dan kamera nya bisa ngomong sendiri kayanya :)) hahahaha. Nongkrongin tangga metro dari yang awalnya rame banget, sampe sepi banget, terus rame lagi, sepi lagi. Yg ditunggu gak nongol juga. Bahkan sampe ganti tempat ketemuan pun masih harus nunggu. hahaha

However, it is a nice story we have and also fun :D


*2 tempat janjian kami. Arc de triumph dan museum Louvre. Ramai sekali bukan? Hahahaha


Sejenak kelilingi kota Paris, meski banyak target yg ga tercapai, tetep seru. Dalam otak saya keliaran pikiran "ada yaaa orang kayak gini?" Hahahaha. He's such a unique personality. Background yg sama di satu almamater bikin kita cepet nyambungnya. Berbagi pengalaman, info, pemikiran, mengingat masa2 SMA, and what a coincidence, rumah kami berdekatan cuma beda 2 rw tapi gak pernah saling kenal. Hahahaha. Cuma 4 jam sebenernya ketemunya, tapi cukup berkesan dengan 2 jam tambahan nunggu nya. Hahahaha.


*lagi sama2 gendut dan lukisan monalisa yang ternyata segede uprit. Hahahaha


*ke sacre ceur lewat jalan yg tangganya amit2 banyaknya -____-"

Nggak banyak tempat yang kita tuju, but the most imprtant thing is we talked a lot. Dan itu lah inti city travelling yg saya cari. Ketemu orang baru, ngobrol banyak, belajar banyak dari manusia. :D




--Setahun kemudian dengan situasi berbeda--

Bandung, Senin 14 April 2014.

Alhamdulillah.
Terima kasih atas takdir Allah yang selalu unik, lucu, dan tanpa cela.
Terima kasih, Allah, dia sudah dihadirkan di hidup saya. Nggak cuma seorang teman main dan bercanda, tapi juga sahabat, brother zone, guru, daaaan banyak lah :)) hahahaha

Setelah pulang dari eropa itu jadi banyak belajar, banyak membuka mata akan dunia baru yg selama ini gak keliatan, semakin banyak teman baru, dan makin sering ngumpul sama temen2 lama. Ya, inner circle kami beririsan ternyata :)) hahaha.

Selamat hari pertemanan, bang! It is really nice to have a bestfriend like you :D
Still a lot of works to do. Masih ada utang2 yg belum terlaksana. Mari lunasi! ;)

9 years friendship i miss

Tengah malem gini pengen ngomongin orang. Ada 2 orang yg bakal saya bahas terpisah. Hehehe

9 years of friendship getting awkward.
Sahabat masa lalu belum tentu jadi sahabat saat ini. Meski orang bilang persahabatan yg lebih dari 7 tahun itu akan long last, tapi ga semua kondisinya ga selalu sama. Saya punya sahabat yg udah 9 tahun jadi orang yg sangat kenal baik sama saya, bahkan dia udah bikin saya stress, pengen nangis, kesel, seneng banget, tenang, semua rasa campur aduk.

Selama 7,5 tahun sahabatan, everything going really smooth. Saya ga pernah bisa marah, ga pernah ambil hati sikap2 dia yg ngecewain, dia ga pernah marah sama saya, ga pernah berantem sama sekali. Setelah ada sms masuk yg panggil saya dengan sebutan 'rim', seketika dia hilang dalam 1,5 tahun terakhir. Saya coba terus cari dia, kontak dia, tapi selalu R saja. Tidak dibalas. Sesekali muncul bbm yg cuma selewat. Ga ada lagi quality time, ga ada lagi obrolan seru.

He is one of my precious best friend. Cuma pernah ada 1 orang yg bisa bikin saya berani nangis depan dia, nggak pernah bisa marah sama dia, yg berani2nya ninggalin saya tidur berkali2 pas lagi curhat, dan bisa2nya ngebohongin saya cukup besar untuk alasan yg saya sampai saat ini gak tau tapi saya ga pernah marah ataupun ngehindar dari dia. He was too precious. *padahal dibohongin adalah hal yg paling saya benci dalam hidup

2 minggu lalu, dia kemudian muncul untuk mengabari kalau dia akan menikah hari sabtu lalu, 12 april. Sedih. Saya bahkan ga tau siapa calon nya, bagaimana kisah perjalanannya, apa yg dia pelajari dari prosesnya, semua saya gak tau. Biasanya dia selalu kenalkan pacarnya pada saya. Bahkan saya bisa bilang, semua mantannya pasti tahu saya, saking dekatnya kami. Sayangnya, tidak untuk yg satu ini.

Saya memang ga hadir di pernikahan dia, tapi bukan karena tidak merestui. Ada hal lain yg harus saya lakukan. Sungguh saya ikut berbahagia atas hari penting dalam hidupnya. Yg saya yakini, dia adalah orang yang tau apa yg terbaik buat dirinya. Saya percaya pada pilihan dia. Saya yakin pada takdir Allah. Dan saya bersyukur untuk kebahagiaan dia. Saya selalu memberikan doa terbaik saya untuk dia :)

I miss our friendship :'(

Jumat, April 11, 2014

Our dreams come true, one by one

One by one, our dreams come true. Yesterday is my oath taking, in the name of Allah. I was like flying while i read the oath script. I can't move my body, i was just focus on to the script. It is super duper really hard for me. I try to understand every single words by doing it in my life. Somehow, the deeper i try to understand, the more responsibility i get.

Things i got in my life nowadays makes me think more and more. I try to get more, and luckily, i have to do more for it. It is just like equality, if you want more, you have to do more. If you want to be an extraordinary doctor, you have to do more and pass more difficulties. And Allah treats me with these. Everyone is different and Allah always treats every you differently. So, this is mine and just go with it extraordinarily. Enjoy it!

The oath for me, not only about clinical doctor responsibilities, but also a whole things about doctor. Mind, soul, attitude, behavior, education, value, way of think, way of life, families, tauhid, iman, ibadah, and of course love. I was like shortly remembering my life before the oath. I think, i have to be more careful on doing my life. I have to remember Allah more in every decision and step i do. I have to make me a better one on everything, long life learning because i think i know nothing. Nothing to be proud of, nothing to be arrogant, nothing to be short minded, nothing to think that i can do a lot. I have to remember all the oath, to keep me on the right track. I feel really small. But i know, Allah will always giude us.

"Demi Allah SWT saya bersumpah bahwa......... Semoga Allah SWT memberi kekuatan kepada saya"


Selasa, April 08, 2014

Will....

Nemu sebuah wallpaper di line deco yg bikin mikir....

Bukan hanya karena mimpi yg beririsan lalu kita punya alasan untuk bersama, karena jika mimpi itu selesai, kita akan kehilangan alasan untuk bersama. Justru keinginan untuk membangun mimpi disekitar orang itu yang membuat kita berjuang. Saat mimpi satu terlaksana, buat lagi mimpi2 baru bersama. Komitmen untuk memperjuangkannya yang membuat kita terus bertahan, apapun resikonya, apapun kondisinya.

"If you want it, you must will it, and it will be yours."


Jumat, April 04, 2014

UKDI

Pelik. Cuma 1 hal yang diyakini dan dipercayai, Hati Nurani. Tanpa itu aku sesat, buta, hilang arah.
Tetap menjaga idealisme. Tetap jaga profesionalisme.

Rabu, April 02, 2014

Banmed juga

Banmed itu buat saya bukan hal baru. 9 tahun lalu saya pertama kali jadi tim medis pertandingan2 karate kota dan provinsi, tim medis pensi2 sekolah, dan masih banyak lagi. Banyak kejadian terjadi selama 3 tahun berturut2 jadi tim medis. Banyak pelajaran yang didapet, terutama refleks kegawatdaruratan.

Seiring waktu berlalu, kuliah di fakultas kedokteran makin mengasah refleks2 itu jadi lebih spesifik, ilmiah, sistematis, dan lebih mendalam. Tapi tanggung jawab yang semakin besar ini gak diiringi dengan intesitas yang semakin besar pula. Memang itu kurangnya saya. Keahlian di lapangan dan di instalasi medis memang beda. Apalagi kali ini banmed nya sendirian.

Terakhir jadi tim medis itu 2012. Kegiatan camp and outbond ceria. Gak banyak yang terjadi, Alhamdulillah. Cuma memang menjadi tantangan tersendiri kali ini, karena saya akan bertugas SENDIRI. Literally SENDIRI. Yaaa, dibantu sama tim panitia tentunya. Cuma berdoa semoga tidak terjadi hal buruk. Semoga semua aman damai sejahtera.

Be careful, teliti, profesional, dan tetap percaya diri. InsyaAllah dikasih yang terbaik sama Allah.

Ternyata, di hari-H pertolongan datang. Rekan2 vol-D datang bantuin medical checkup dan sangat memudahkan. Apalagi selesai medical checkup kita akan pergi ke lokasi, tiba2 2 bocah ikut ngintilin saya banmed sampe ke lokasi. Meski cuma sampe besok siangnya, tapi sangat membantu. Lagi2 terima kasih. Maaf ga bisa ngasih banyak sama kalian.....

Bener aja, deg2an itu hanya bisa hilang dengan ketelitian, profesionalisme, dan kepercayaan diri. Semua yg diragukan, bisa hilang. Dan itu yg harus dimiliki seorang dokter. Persis seperti apa yang prof.tri bilang kemarin. Alhamdulillah :)

Terima kasih atas semua inspirasi, ilmu, dan keragaman sudut pandang yg diberikan semua pihak atas banmed ini :)

Rabu, Maret 26, 2014

Target

Seorang senior pernah bilang sama saya 10 tahun lalu, tepat di depan gerbang dalem smp 2.
K: "Rim, kamu mau masuk sma mana?"
R: "sma 5, kang"
K: "kenapa ga sma3?"
R: "takut ah, kang.. Ketinggian"
K: "tapi kalo bisa masuk, mau?"
R: "ya mau lah kang"
K: "kalo gitu kamu ubah mindset kamu. Sesulit apapun, target kamu harus sma 3 aja dulu. Karena usaha kamu akan sesuai sama target kamu. Kalo kamu cuma narget sma 5, nantinya kamu yaa cuma bisa lulus sma 5"

Saat itu saya ga ngerti apa maksudnya dan lempeng2 aja. Lama2, diakhir saya kelas 3 smp, saya bilang sama akang itu kalo saya mau masuk sma 3. Taunya, pas saya lulus smp, bener aja, adaaa aja yg terjadi sehingga saya cuma bisa masuk sma 5. Termasuk kejadian demo siswa smp itu.

Atas pertimbangan ini itu, saya memutuskan masuk sma 8. Tapi karena pengen masuk sma 3 nya udah banget2 pas akhir itu, jadinya ngenes. Tiap lewat sekolah itu ngerasa ngenes, selalu inget momen itu. Gara2 kejadian itu, jadinya sekarang selalu pikir matang kalau pasang target. Hahahaha.

Btw, saya lupa nama si akang itu. Dulu kita suka omongin dibelakang sebagai si "teteret" karena suaranya toa banget :))

Selasa, Maret 11, 2014

Status baru dokter indonesia

Topik terhangat dikalangan dokter baru lulusan UNPAD 2008 adalah mengenai internship. Sebuah program dimana dokter-dokter baru harus menjalani 1 tahun magang di daerah tertentu, dan didampingi oleh supervisor. Program ini ditujukan untuk mematangkan kompetensi dokter Indonesia dalam hal praktis, sekaligus mengisi kekosongan dokter yang ada di berbagai daerah di Indonesia. Sebelum menyelesaikan program ini, tidak ada dokter yang bisa memiliki Surat Izin Praktek (SIP).

Internship ini tidak jauh berbeda dari KKN yang dijalani mahasiswa tingkat akhir di program sarjana UNPAD, sebetulnya. Hanya durasinya yang berbeda, dan pembiayaannya yang berbeda. Pada internship, dokter baru harus menyelesaikan 1 tahun di RS, puskesmas dan klinik, sedangkan KKN hanya bermasyarakat selama 1 bulan. Tapi dasarnya sama, mengaplikasikan ilmu yang didapat selama program pendidikan secara komprehensif.

Sebagaimana kita ketahui, sebaran dokter di Indonesia ini sangat tidak merata. Lebih dari 60% jumlah dokter Indonesia berada di pulau jawa. Itupun adanya di kota-kota besar. Di Jawa Barat saja, masih banyak daerah yang untuk bertemu dengan dokter, butuh naik gunung turun gunung. Untuk bisa bersalin di tenaga kesehatan, perlu berjalan berkilo2meter karena tidak ada kendaraan umum yang melintas, seperti di daerah priangan timur, bahkan daerah Jatiluhur sekalipun.

Terlepas dari seperti apa program internship itu, namun hal-hal seperti kerasnya kehidupan para dokter ini luput dari sorotan media massa. Coba bayangkan, berapa banyak dokter yang harus kalangkabut di daerah sana karena pasiennya membludak, karena perbandingan dokter dan masyarakat yang terlalu besar, dengan kondisi beragam. Lelah lahir batin. Apalagi kalau yang menjalaninya adalah dokter internship.

Banyak polemik mengenai internship terjadi akibat persiapan menuju pemilu legislatif bulan depan. Apa hubungannya? Jelas berhubungan, karena ternyata SK dan Surat Tugas internship dokter-dokter baru ini belum bisa turun karena program internship tahun 2014 ini belum di acc oleh DPR RI. Alhasil banyak sekali dokter baru yang menganggur, SIP belum diberi, kapan bisa memulai internship pun tidak jelas. Dokter2 yang sudah menjalani program internship pun sedang berjuang untuk hidup, karena gaji mereka belum dibayarkan sejak januari, akibat belum di acc nya anggaran program internship sepanjang 2014.

Sebagai solusi alternatif, Dekan FK UNPAD ini mengajukan sistem internship yang terintegrasi dengan program pendidikan pascasarjana. Dokter yang menjalani internship akan diminta melakukan penelitian selama program internship itu berlangsung. Selain itu, para dokter internship pun direkrut sebagai dosen luar biasa untuk membimbing adik2nya yang sedang stase kedokteran keluarga dan ilmu kesehatan masyarakat. Menjaga ilmu dan idealisme melalui pendidikan dan penelitian. Menarik bukan?

Solusi alternatif dari Prof. Tri ini sungguh menarik sebetulnya, tapi masih saja menuai kritik dan tuntutan besar. Hal ini dikarenakan masih banyak dokter baru dan orang tua dokter baru yang menganggap sistem yang di ajukan Prof. tri ini sangat mentah. Tidak adanya bukti hitam diatas putih atas ungkapan-ungkapan beliau, tidak jelasnya status serta sistem pendidikan dan internship yang dijalani menjadi prioritas kritik yang dilontarkan. Prof. Tri juga menjanjikan untuk keberangkatan 1 april 2014 bagi mereka yang ingin megikuti program beliau tersebut dan akan ditempatkan di daerah priangan timur.

Diluar itu semua, bicara mengenai internship ini sedikit menggelitik. Hal ini dikarenakan status internship ini adalah menggantung. Dia berada diantara KKN dan PTT. Dikatakan KKN, bukan, karena mereka sudah lulus dari universitas dan mendapat gaji bulanan sebesar 2,5 juta yang dibayar setiap 2x selama 3 bulan. Tapi dinyatakan dokter PTT pun bukan, karena meskipun pergi ke daerah terpencil dengan berbagai resiko, tetap saja statusnya tidak diakui sebagai pegawai di RS, puskesmas, ataupun klinik. Tidak ada gaji ataupun tunjangan dari daerah maupun tempat mereka bekerja, padahal mereka yang memeriksa dan merawat pasien, hingga bertanggung jawab atas rekam medik pasien. Tidak semua tempat memberi upah atas jasa pelayanan mereka dari RS, puskesmas, atau klinik. Tidak ada jaminan keamanan dan keselamatan kerja bagi mereka, karena mereka bukan karyawan.

Lalu siapakah mereka? Ya, dokter internship, sebuah status baru setelah sarjana kedokteran-dokter muda-dokter internship-dokter umum/layanan primer-dokter spesialis.

Terus bermimpi

Saya ini manusia mimpi. Meskipun saya tahu apa yang saya inginkan hanya mimpi, tapi saya menikmati mimpi itu. Saya menikmati ketika saya memimpikan itu. Langkah saya menuju pada apapun yang Allah takdirkan, tapi sejak kecil saya bermimpi jadi dokter.

Dulu saya kira jadi dokter itu tidak mungkin, tapi nyatanya sesaat lagi saya jadi dokter. Banyak orang bilang akan sulit jika saya menjadi dokter kelak, saya butuh uang banyak, koneksi yang banyak, dan otak cemerlang. Alhamdulillah, uang Allah yang beri sampai saya bisa mulus sejauh ini. Koneksipun Allah bukakan jalannya, sampai2 saya punya teman2 hampir di seluruh penjuru nusantara. Otak cemerlang pun Allah perlahan tunjukkan. Bukan dengan saya jadi istimewa dan pintar, tapi saya dimampukan menjalani kehidupan di kedokteran. Semuanya dari Allah. Yang saya lakukan hanyalah tidak berhenti bermimpi.

Maka jika orang lagi2 bilang bahwa mimpi2 saya yang lain tidak mungkin, saya tidak peduli lagi. Kalaupun memang itu tidak mungkin, biarkan saja saya bersama mimpi2 saya. Autistik? Itu urusan saya. Kalaupun memang sulit untuk saya melakukan itu, saya tidak peduli berapa banyak mimpi buruk yang harus saya hadapi untuk akhirnya mendapat mimpi indah itu. Saya akan terus bermimpi.

Karena manusia tidak pernah tahu episode terakhirnya.

Minggu, Maret 09, 2014

Long-life learning

These days supposed to be my holiday after have had pressuring moment prior to the national exam. Others said i need to do a lot of fun things, but i choose to joining some free courses from coursera.org. For me, this is what i called fun! Hahahaha. (I'm not that nerd.. I also watch movies everyday.. Hahahaha)

These are great courses, honestly. You can choose what you want to learn, how much you want to know, how hard you want to work with it. I am not an expert in english but the teachers speak english fluently. I dont need to be affraid of any difficulty because when i think i don't really understand what they say, i can just pause the video and play it back.

One of the subject i am joining is instructional methods in health professional educations. At first, i think because i am a newbie in this kind of subject, i need to try hard to learn. Yet, after i saw the list of teaching materials, i don't think it will be that hard. They teach us from the very basic things. I learn from the very basic of thinking, learning style, way of thinking, motivation, and constructing learning issues, evaluation as well.

Some people might think if the courses will be boring and not interactive. We only have one way of communication. Even they have some kind of forum to discuss, but i dont't know why, i cannot stand for long time with this.

However, this is amazing. These courses are things even busy people can do between their business and leisure time. Sometimes people need to learn more to solve their problem in work, or just to improve their knowledge besides of their major, and so do i. No matter how busy you are, there are always lot of ways to learn. The most important things you need to know is "what you want and need to learn? How realistic the things are?", so your life would be a long-life learning.

Rabu, Maret 05, 2014

Point of no return

Orang bilang, ini fase liburan, ngegabut, dan senang2. Entah kenapa, nggak gitu buat saya. Seminggu lebih dari sejak ujian malah bikin saya banyak mikir, banyak nanya, banyak belajar.

Waktu menjelang ujian, rasanya berat banget. Kecanduan keberadaan sahabat2 selama 4 tahun dan harus tiba2 berhenti dalam waktu singkat, itu berat rasanya. Bahan yang banyak. Emosi naik turun. Semangat mesti diseret. Kecepatan kayak siput. Semuanya itu bikin saya lelah sampe titik nadir. Saya sadar, ga akan ada yang bisa bantu saya selain diri sendiri. Namun ternyata cara itu justru bikin frustrasi. Saya bingung, kehilangan arah. Sesekali saya istirahat untuk mencoba memetakan jalan lagi.

Kadang saya berpikir ingin menyerah.

Sekarang ini saya bersyukur udah melewati fase itu. Saya berpikir banyak mengenai hidup ini. Kalau saat itu saya menyerah ditengah2 dan berhenti jadi dokter, lalu saya mau jadi apa? Sampai saat ini, saya ga punya jawaban yang baik. Sekarang saya sadar, saya sudah jalan sejauh ini ternyata, dan udah ga ada lagi point of return. Cuma perlu berjuang lebih lagi untuk jadi dokter yang paripurna.

Semoga kehidupan kedepan bisa menuntun saya jauh lebih baik lagi.

Kemudian saya berpikir tentang perjalanan hidup kedepan. Siapkah saya menghadapi masa depan dengan keadaan seperti ini? Mampukah saya? Saat masih banyak ilmu yang harus dikaji, kebiasaan yang masih harus diperbaiki, dan iman yang harus terus dikuatkan....tapi masa depan itu nyata adanya, tidak bisa ditolak. Tidak ada jalan mundur atau berputar balik untuk menyiapkan itu semua. Waktu terus berjalan. Pilihannya cuma mau siapkan dari sekarang atau nanti saat masa depan yang dinanti ada dipelupuk mata.

Minggu, Maret 02, 2014

Tuhan itu pilihan?

Alhamdulillah hari ini punya mother-daughter quality time yang seru. Ceritanya tentang pendidikan, agama, dan tauhid.

Bermula dari cerita tentang cara orang2 sekitar kami dalam mendidik anak. Prinsip rumah dan keluarga sebagai madrasah pertama dan utama ini sekarang sudah banyak hilang dari lingkungan sekitar kami. Trend menyekolahkan anak di sekolah non-formal semakin merajalela. Bahkan, menyekolahkan agama pun harus sampai ke sekolah agama TKA/TPA. Belum lagi, trend bahwa lulus dari TPA (mayoritas sd kelas 6), seakan seperti sudah selesai yang namanya belajar agama. Belajar agama, ya cukup dari sekolah saja. Ikut DKM/rohis atau sejenisnya jadi sesuatu yang dianggap tidak gaul bagi sebagian kalangan.

Kalau kita runut lagi yang namanya pelajaran agama di sekolah umum di indonesia, kurikulumnya ini agak aneh. Alur berpikirnya ini gak jelas. Saya ingat, pelajaran tauhid saya dapat di SMA. padahal, tauhid itu landasan dasar agama islam. Apa mungkin karena usia dibawah itu dianggap belum mampu berpikir abstrak untuk menerima ilmu itu? Wallahu'alam. Tapi ini yang membuat kami khawatir tentang keteguhan dan keyakinan muslimin indonesia tentang keimanannya. Jangan sampai dari usia 7 tahun sampai usia 15 tahun mereka wajib sholat, hanya diisi dengan rutinitas tanpa esensi. 7-8 tahun loh itu.
***

Lalu, ibu saya tiba2 bertanya, "bagaimana guru kamu dulu mengajarkan tauhid di sma?". Saya jujur sudah lupa dengan cara beliau mengajarkannya. Apa saja yang disampaikan pun saya ga begitu ingat, tapi ujungnya sama, Laa ilaha illallah. yang saya ingat persis adalah bahwa beliau mengajarkan dengan metode "ceramah" bukan diskusi. 

Ternyata obrolan itu membawa kami kembali ke memori tahun 1993. Saat itu saya sering ikut ibu saya ngajar di sebuah universitas islam di bandung. Ibu saya selalu membiarkan saya duduk di kelas (masih dengan seragam TK), menyaksikan cara beliau mengajar. Sesungguhnya, saya ga ingat isi bahasan2nya, soalnya saya masih sangat kecil waktu itu, jadi ga ngerti.

Saat itu kelas membahas tentang Tauhid. Pertanyaan pertama ibu saya pada mahasiswanya, "seandainya saya seorang atheis, bagaimana cara anda meyakinkan saya bahwa agama yang anda yakini saat ini adalah benar?". Dan saya saat dengar pertanyaan itu saat ini pun jadi deg2an, bingung mau jawab apa.

Diskusi masa itu mengalir panjang menuju suatu pernyataan bahwa setiap manusia butuh Tuhan. Pertanyaan berikutnya dari ibu saya adalah "apa itu Tuhan?". JDANG! Jujur saya ga tau harus jawab apa. Saya jujur bilang pada diri saya bahwa ilmu saya ini dangkal sedangkal2nya. Ibu saya cerita bahwa kalau kita mau melogikakan dan berandai2, sebenernya manusia bisa punya alasan, tapi semua akan berujung pada siapa yang mau kita Tuhan-kan. Karena "Tuhan adalah sesuatu yang dianggap penting hingga mendominasi hidup seseorang".

Kalau mau bilang manusia itu evolusi dari kera, bumi ini tercipta melalui proses alamiah, segala sesuatu punya asal usul, yaa terserah. Itu pilihan manusia. Sesungguhnya, jadi pilihan manusia untuk memilih siapa/apa yang akan mendominasi hidup kita. Mau itu ijazah (gelar), jabatan, tahta, harta, manusia, emosi, nafsu, Allah, atau apapun. Mau itu menganggap bahwa Tuhan itu satu, tiga, sepuluh, atau sebanyak apapun, itu pilihan kita. Tapi agama mana yang benar, Tuhan mana yang benar, itu mutlak islam dan Allah. (Kajian dan penjelasannya panjang kalo yang ini mah)

Kesimpulannya, kalau mau menjadikan Allah satu-satunya Tuhan, ya harus Allah yang mendominasi hidup kita. Harus ikhlas menjalani aturan2 Allah, harus mau melakukan apa yang Allah suka. Sesuka apapun sama hal yang ada di dunia, harus Allah yang jadi utama, pertama, dan segalanya.

Ibu saya selalu ingat moment ini karena gara2 ini juga beliau nambah "anak".
***

Sayangnya, tidak semua keluarga bisa menanamkan fondasi2 islam dengan baik karena orang tua pun banyak bingung bagaimana mengajarkannya pada sang anak. Yang kasian adalah fase2 ketika sang anak harusnya sudah paham kenapa harus sholat 5 waktu, kenapa sholat itu kepada Allah, kenapa harus mengaji agama, kenapa harus hidup dengan agama, tapi ternyata dia belum bisa dipahamkan. Tahu itu belum tentu paham. Ketika agama sudah harus menjadi bagian dari karakter dia, tapi dia belum paham mengapa agama ini penting dan benar. Ketika dia seharusnya sudah bisa mendakwahkan ilmunya kepada keturunan2 mereka, ternyata dia juga ikutan bingung seperti orang tuanya dulu mengajarkan dia. Na'udzubillahi mindzalik.

Ini mungkin sedikit curcol jadinya. Saya ini masih sangat dangkal ilmunya. Saya ga ingin mati gaya depan anak saya kelak kalau dia tiba2 nanya, "kenapa harus islam? Kenapa harus Allah? Bagaimana caranya?", dan lain sebagainya. Saya ingin bisa menjawab dengan baik dan membuat anak saya paham, kan anak itu amanah Allah. Keluarga sebagai sarana dakwah terkecil ini ternyata berasa banget kalo udah mulai melihat ke aplikasinya. Banyak2 istighfar, rim!

Wallahu'alam bisshawab

Rabu, Februari 26, 2014

Believe!

"Kamu ini agen Allah. Jangan sampe bikin Allah kecewa karena sia2 ngirim kamu ke dunia. Jangan sampe bikin Allah sedih pernah menciptakan makhluk seperti kamu. Buat Allah bangga bahwa ada makhlukNya yang bisa jadi yang terbaik.
How would you know if you never try to do your best? Is this your best? Only this? No, He gave you more and more everyday. With love, you can make 'everything' impossible become possible."

Selasa, Februari 25, 2014

Want it? So, will it!

Disaat memilih adalah hal yang sangat sulit, diam lah sejenak, bersujud dan berdoa lah. Terkadang, sejenak keluar dari kedua pilihan itu justru membawa kita menuju jalan yang lebih terang. Masalahnya bukan lagi yang mana yang akan dipilih, tapi bagaimana berusaha meraih keduanya dengan cara yang terbaik. Mungkin terdengar serakah, tapi ga ada yang ga mungkin dengan pertolongan Allah kan?

"Whatever it is, if you want it, you must will it. If you will it, it will be yours." - Sven on Happy Feet 2.

Sabtu, Februari 22, 2014

Post ukdi

Beres UKDI ini bikin banyak mikir dan introspeksi diri. Sedih liat diri sendiri, kok begini amat mau jadi dokter teh. Masih. Harus belajar banyak, latihan banyak buat ketemu pasien, dan banyak2 berdoa biar dilulusin. Udah habis masa depresi nya. Udah selesai masa galaunya. Sekarang waktunya banyak berdoa dan introspeksi diri tiap hari.

Ga tau siih lulus atau nggak, yang pasti sekarang ini deg2an nya bukan lagi karena ujian, tapi tentang gimana setelah lulus dengan kompetensi segini2nya. Takut Allah gak ridho, takut dengan tanggung jawab besar nanti, takut belum bisa amanah, takut belum bisa istiqomah.

Doa kali ini cuma minta setiap langkah dirahmati, diridhoi, dimampukan, dan dijadikan sebaik2 umat sebaik2 hamba Allah.

Semoga profesi ini bisa jadi jalan saya menuju surga Allah. Gapapa hancur lebur asal Allah ridho :)

Selasa, Februari 18, 2014

Get up!

Alhamdulillah lagi, saya dikasih kemudahan sama Allah dalam belajar menuju ujian2 ini. Bukan hanya punya sahabat2 luar biasa yang siap sedia membantu dikala sulit dan senang, tapi Allah permudah juga jalan saya naik tingkat. Allah tambahkan tantangan ditengah ujian2 itu dengan ujian hidup lain. Diawal memang sulit mengatur konsentrasi, mengatur aktivitas sehari-hari, juga mengatur mood dan perasaan. Mungkin tampak jatuh sejatuh2nya, tapi tantangan yang terjal kemarin itu membuat saya banyak bersyukur mampu melaluinya, sehingga ketika kali ini diberi lagi tantangan baru oleh Allah, hati ini jauh lebih bisa dikendalikan. Bukan berarti jadi melupakan, tapi lebih bisa pasrahkan sama Allah :)

3 hal yang jadi kuncinya, Senyum dan sapa orang2 disekitar kita, berSikap positif terhadap segala sesuatu yang kita hadapi, serta perbanyak Sedekah-ya minimal nya senyum tadi. Ketika setiap hari kita awali dengan senyum, insyaAllah energi positif itu akan terus terbawa kepada aktivitas hari itu.

Kalau dibilang cape, iya cape banget. Lelah banget. Ngantuk banget. Galau banget. Tapi ikhlas dan pasrah karena yakin akhirnya ada Allah yang akan selalu mendampingi dan insyaAllah diridhoi kalo niatnya lurus.

Alive!

I love this pace, a lot!
Udah lama banget rasanya ga ngejalanin kehidupan seproduktif ini. Punya waktu banyak buat belajar, ngobrol2 sama temen, quality time sama keluarga, dan me time yg cukup. Allah selalu kasih jalan untuk kita2 yang berupaya mendekatiNya. Pergi pagi dari rumah dan baru pulang larut malem *dijemput aa, thanks to you*. Belajar sampe maksain tetep konsen meski otak udah setengah watt. Semangat belajar meski banyak banget yang harus di kejar. Jam setengah 12 baru beres belajar, stengah 1 sampe rumah, dan pagi ini udah harus siap di kampus jam 8 buat belajar yang bakal sampe nginep, dan lusa bakal try out osce. Kamis-jumat review. Sabtu ujian. Lalu beres! Aamiin. Wohoooo! Excited!

Kali ini dibantuin banyak orang buat belajarnya. Thanks to you all, so much. Sampe disiapin kasus2annya, try-out2an nya, dan penguji2an nya. Disemangatin banyak sama mereka yang udah pada angkat sumpah tapi masih sangat care sama kita, itu terharu. Emang saat ini yang aku butuhin bukan cuma semangat, tapi bantuan nyata kalian, dan tanpa diminta udah dikasih. Allah emang selalu punya cara yang indah buat ngasih kita kehidupan. I do feel alive, much better than preparing cbt before. ;)

Terima kasih, saudara2 sahabat2 sejawat2 terbaik! Doakan kami segera menyusul dan mengenakan jas yang sama dengan kalian :)

Our dreams comes true! Semoga Allah selalu lindungi kita dan beri jalan terbaik bagi hidup kita :)

Minggu, Februari 16, 2014

Baju ku dulu, tak begini...

Saya pengen cerita tentang hijab.

Saya ini dulunya gak pedean. Jaman sd-smp saya ini anak paling cupu di sekolah. Selalu jadi bahan ejekan teman2, mulai dari cara berpakaian, model potongan rambut, wajah yang pas-pasan, kelakuan yang seenaknya, bicara yang tomboy, dan masih banyak lagi. Untungnya sedikit terbantu dengan nilai rapot yang gak terlalu mengecewakan.

Suatu hari saat sd, teman saya pergi ikut orang tuanya kerja di arab. Setelah 1 tahun, dia pulang kembali ke indonesia, masuk ke kelas yang sama dengan saya lagi. Sepulang dari sana dia sudah nampak berbeda. Dia menggunakan kerudung ke sekolah, tapi kalau main atau les, dia tidak pakai kerudung.

Saya tahu, ibu saya juga kalau bepergian menggunakan kerudung. Tapi saya merasa tidak pernah paham mengapa ibu saya berkerudung dan apakah saya perlu berkerudung atau tidak. Hanya saja, saya berkerudung kalau mau pergi sekolah agama di mesjid. Namun begitu, setelah melihat teman saya ke sekolah dengan kerudungnya, saya pikir, berkerudung itu keren. Entah apa alasannya.

Saya coba sesekali ke sekolah dengan seragam tangan panjang. Belum pakai kerudung. Rasanya geraaahh banget. Hanya bertahan 2-3 kali. Kata ibu saya, "kalau kamu memang mau pakai kerudung juga, harus terus kemanapun pakai kerudung, gak boleh buka-lepas". Saya saat itu masih belum paham apa maksudnya. Dalam hati saya berkata, "mamih nih gak tau apa kalo ini biar gaul di sekolah".

Memasuki smp, masih dengan rima si anak cupu. Sesekali disekolah diadakan tabligh akbar yang mengharuskan semua siswa perempuan berkerudung. Di smp, beberapa teman saya sudah berhijab, kebanyakan karena memang sudah berhijab dari kecil. Saya lihat banyak teman2 saya yang dianggap anak gaul sekolah, sering kali hanya menyampirkan kain kerudung itu di bahunya. Saat itu saya merasa ingin tampil beda, maka saya ingin pakai kerudung itu dengan benar. Saya saat itu mau berkerudung, tapi tetep gaul, makanya cuma occasional aja berkerudungnya.

Banyak teman2 saya di sekolah itu yang menganggap orang berhijab itu gak asik. Entah kenapa, ada jarak tersendiri yang memisahkan anak2 berhijab itu dari anak2 gaul sekolah saya dulu. Hampir semuanya teman2 yang berhijab itu anggota dkm atau rohis, sedangkan yang disebut anak gaul ituyang roknya pendek dan ketat, bajunya indis, celananya hipster dsb, kerjaannya nongkrong di sekolah, kios dekat sekolah, atau mall.

Saat memasuki kelas 3 smp, saya dekat dengan seorang teman yang mengubah dirinya di semester akhir, menjadi berhijab sepenuhnya. Disitu dia sering menyebut2 bahwa "urusan berhijab itu bukan berarti gak gaul, berhijab itu keharusan. Ada kok di Al-quran. Hijab itu harus disampaikan menutupi dada, bukan kerudung poni, bukan kerudung cekek.". Saya lama2 merasa sepaham dengan dia. Saya merasa bahwa percuma saya ga pake kerudung, toh gak dianggap jadi anak gaul juga. Dia sering tanya, "kapan nyusul pakai kerudung, rima?". Segera tanpa pikir panjang saya bilang, lulus smp, pas masuk sma saya akan berkerudung. Bahkan belum ada keluarga saya yang tahu itu.

Setelah masuk sma dan menyelesaikan ospek, saya sudah kuatkan niat untuk berkerudung. Awalnya karena saya merasa berkerudung itu pengalihan saya dari merasa cupu dan gak pede, sampai2 teman di rumah saya bertanya, "kamu pake kerudung juga di rumah?". Saat itu saya bilang, "nggak lah. Dirumah ngapain pake kerudung". "Sugan we, mau jadi anak alim yang jilbaber gitu". Meskipun pada kenyataannya, kalau keluar rumah, saya selalu pakai kerudung.

Selama sma, saya masih ga paham dengan berhijab yang sesungguhnya. Yang namanya jilbabin badan sama jilbabin hati itu ga paham sama sekali. Mungkin pernah tau, pernah denger, tapi masuk telinga kanan keluar di telinga kiri. Sholat masih amburadul. Ngaji kalo disuruh disekolah aja. Kelakuan dan pergaulan amburadul. Hati banyak setannya. Omongan sama sekali gak terjaga. Apalagi yang sunnah2, ga pernah inget.

Pas kelas 3 sma, mulai dikenalin sama temen bahwa iman itu indah loh. Kalo kamu suka sama orang, orang yang kamu suka itu cerminan diri kamu loh. Kalo kamu bertahan, kamu itu berarti sama aja sama dia. Saya juga banyak diingatkan kalau mau lulus sma dan masuk perguruan tinggi yang bagus itu harus rajin ibadah. Hingga akhirnya saya banyak refleksi diri dan pelan2 mendekat sama Allah.

Pas masuk kuliah, saya barulah dikenalkan dengan hati terbuka yang namanya Ma'rifatullah. Mengenal Allah. Lingkungan luar biasa yang membuka hati dan mengembalikan keimanan. Hingga akhirnya saya merasa, wanita berhijab itu sungguh cantik, sungguh indah, lembut, dan menentramkan. Banyak ketentraman hati yang saya temui setelah mengenal itu semua. Saya mau jadi seperti itu! Meskipun kelihatannya wanita2 itu gak semuanya kalem, ada aja yang agak2 urakan kayak saya, tapi saya tahu dan percaya dihati mereka sungguh indah dan lembut karena ada Allah.

Seiring waktu saya belajar bagaimana hijab yang sesungguhnya, yang syar'i tapi tetep menunjukkan keindahan. Saya selalu ingat kata2 teman saya, "wanita berhijab itu jadi simbol islam". Jadi kalau saya berhijab, tapi masih asal, gak rapih, gak bersih, gak indah, rasanya gak sempuna hijab saya.

Beberapa teman saya 'goyah' dalam hijabnya. Sangat sayang sekali sama orang2 yang belum istiqomah dalam hijabnya, padahal bagi saya, sesungguhnya pada hijab itu ada kedekatan hati dengan Allah yang lebih terjaga. Ketika raga terhijab dengan baik, seiring dengan itu, hati ini menjadi lebih mudah terhijab juga.

Yuuk, berhijab dengan syar'i :)
Ga ada lagi alasan bahwa berhijab itu harus berhati baik dulu kok. Perintah Allah tetap perintah, ga boleh dilanggar ;) hidup kan proses jadi lebih baik, ga usah takut diejekin orang karena masa lalu kita. Mendingan jadi mantan orang jahat dari pada mantan orang baik, kan? So, jangan takut sama pandangan orang, jangan takut sama hal2 duniawi, toh dunia ini punya Allah.

Rabu, Februari 12, 2014

Total!

Buang jauh-jauh niat mengabdi kalau untuk belajarnya saja gak semangat. Buang jauh-jauh mimpi berbakti kalau kecintaannya masih dipertanyakan. Semua itu cuma bakal bikin kamu setengah2 ngejalaninya, justru bisa merugikan banyak hal, banyak orang. Kalau mau mengabdi dan berbakti harus semangat pakai hati. Kalo nggak, cape ya intelorated.

Saya cuma gak suka belajar dibawah tekanan. Belajar itu harus menyenangkan.

Kamis, Januari 30, 2014

Semangat dong!

Kalo kamu gak semangat buat jadi solusi ditengah masyarakat kecil, gimana kamu mau semangat buat mimpin bangsa yang besar? Gimana kamu mau jadi manusia yang ngasih manfaat besar?
Gimana kamu mau nolong diri kamu dihadapan Allah kelak kalo nolong orang disekitar aja ga semangat?
Gimana mau mampu memberi kalo buat belajarnya aja malas?
Gimana kamu mau bilang sama generasi penerus bahwa harapan jadi lebih baik itu ada, kalo kamu justru pragmatis dan pesimis?
Jaga idealisme. Jaga semangat membangun. Jaga harapan.
#askmyself

Senin, Januari 27, 2014

Mendapat ilmu baru

Semua orang punya caranya masing2 dalam memproses sebuah informasi menjadi sebuah ilmu. Dengan sudut pandangnya masing-masing, manusia bisa punya interpretasi yang berbeda akan sesuatu. Prof.Nurhalim pernah ngajarin kami tentang mendefinisikan sesuatu, misal kotak kacamata. Beliau bilang, "jangan membuat definisi sepotong2, buatlah dari berbagai sudut pandang, karena itu hanya akan menimbulkan interpretasi yang beragam". Ini juga lah yang sering membuat sangat banyak opini beredar. Tidak semua salah, tidak semua benar. Buatlah kesimpulan yang tepat dan komprehensif dari informasi yang benar untuk mendapatkan ilmu yang sesungguhnya. :)


Kata bapak saya, ini namanya 'filsafat ilmu'. Buat saya yang ga pernah punya mata kuliah berjudul filsafat ilmu selama sekolah, mungkin ini jadi hal yang fresh... Hehehe

Kamis, Januari 23, 2014

Deserve it

Setiap orang berhak punya masa depan.
Masa lalu, terima kasih sudah jadikan saya seperti hari ini. Setidaknya, seburuk2nya kamu, saya ini sudah belajar banyak dari kamu. Saya mungkin ga akan lompat sejauh ini kalau bukan karena kamu. :)

Masa depan, tunggu aku yaaaa :)

Hari ini, makasih udah ngasih saya sahabat2 terbaik, teman2 terbaik, dan keluarga terbaik :)

Alhamdulillah :)

Senin, Januari 20, 2014

Temen baru ;)

Lagi sepi temen belajar. Lagi pengen banyak disemangatin buat belajar. Lagi pengen ada temen cerita. Biasanya ditemenin boneka panda dari fulki. Sekarang dikasih temen baru.

Taraaaaaa!!

Ini ayam katanya buat nemenin belajar supaya terus semangat. Baru liatnya aja muka udah senyam senyum sendiri. Hihihihi. Terima kasih banyaaakkk :)
Semoga belajarnya lancar, ujiannya lancar, perjalanan kehidupan pun lancar. Aamiin.

Popular