Senin, September 15, 2014

Proses menjadi dewasa

A lot of things came into my life. Harus dipahami bahwa saya ada di fase transisi hidup, antara mahasiswa yang beranjak dewasa dan manusia dewasa yang sudah harus bisa berdikari. Saya sedang belajar untuk "tidak peduli". Bukan untuk menghindari masalah, tapi untuk memilah mana yang benar menjadi tantangan dan mana yang jadi hambatan.

Kadang, tak semua hal yang datang ke hidup kita harus mendapat perhatian penuh. Hidup kita bukan untuk membahagiakan setiap itu, hidup kita untuk mendekat padaNya. Kita tak akan pernah bisa membahagiakan semua orang, tapi kita bisa mencari jalan terbaik dalam menghadapi banyaknya multitasking yang harus dilakukan.

Seorang senior berkata, "semua tergantung sudut pandang. Kalau ini dianggap masalah, akan selamanya jadi masalah dan kamu akan selalu bingung kenapa masalah ini tak kunjung selesai. Coba kamu ubah sudut pandangnya menjadi hal yang positif, maka kamu akan menjalaninya dengan lebih mudah, ikhlas, dan insyaAllah barokah..." Ya. Masalah bisa sekejap jadi keseruan tersendiri jika dilihat dari sudut pandang yg berbeda.

Perbedaan dalam hidup adalah wajar dan akan selalu ada, tapi yang penting adalah memahami perbedaan itu dan memahami cara menghadapinya. Sekarang, saya hidup di kemajemukan cara berpikir manusia. Menemui berbagai jenis pola pikir, kepentingan, dan tujuan hidup, membuat saya harus belajar menjaga idealisme dalam toleransi. Sulit. Ini part yang tidak mudah.

Tidak jarang saya harus bersitegang dengan orang lain hanya karena hal kecil yang saya pikir tidak perlu dipermasalahkan. Kadang saya yang harus menahan emosi atas sikap dan perilaku orang lain. Tapi saya adalah orang yang ketika tidak suka akan sesuatu, saya tidak akan ragu untuk mengatakannya, dengan atau tanpa konflik setelahnya. Bukan karena saya emotionally detached, tapi saya mau jadi merdeka dalam berpendapat dan bersikap. Tapi saya juga harus diingatkan jika memang cara saya salah. Saya tidak selamanya benar.

Saya selalu teringat pada seorang guru luar biasa yang mengajarkan saya esensi sesungguhnya dari MERDEKA. Negeri ini harus benar2 merdeka, dan semua itu harus berawal dari jiwa2 yang hidup diatasnya. Merdekakan jiwamu, tanpa keluar dari norma dan aturan yang berlaku. Dan terkadang, menjadi merdeka harus melalui proses belajar menerima saat pendapat ditolak, saat ide tak diterima, saat sikap diabaikan, saat usaha tak dilirik, dan lainnya. Kita harus tetap tegak berdiri. Bukan memaksakan kehendak, tapi sadari bahwa yg ditolak adalah pendapatnya, idenya, sikapnya, bukan membenci individunya, menjelekkan orangnya, atau merendahkan diri. Itulah merdeka.

Biar orang menunjukkan sikap yang "menjajah", sikap kita tetap harus merdeka. Karena itu yang diperjuangkan oleh leluhur kita.

Inilah yang disebut proses pendewasaan, proses untuk mencapai ketenangan dalam menghadapi persoalan, berpikir jernih dalam tekanan, dan mengambil keputusan dengan bijaksana.

Popular