Kamis, Maret 18, 2010

deteksi dini gejala autis dan GPPH pada siswa-siswi TK dan Sekolah Dasar

"Fenomena gunung es menunjukan adanya fenomena bahwa hanya 10% kasus di masyarakat yang baru terdiagnosis dengan baik dan 90% sisanya belum didiagnosis, karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk melaporkan penyakit tersebut dan minimnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit tersebut. Hal ini juga terjadi pada penyakit autis dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif (GPPH).
GPPH adalah gangguan konsentrasi dan kecendrungan hiperaktif pada anak sedangkan autis adalah kesulitan komunikasi dan interaksi sosial dan kecendrungan bertindak meniru dan repetitif. Gambaran ini sangat banyak ditemukan pada anak-anak di sekitar kita, namun seringkali dipandang negatif sebagai anak yang nakal dan bodoh. Akhirnya mereka hanya mendapatkan teguran atau hukuman, bukan penanganan yang tepat agar dapat meningkatkan kualitas hidup dan mengembangkan potensinya."


hal yang sering dilupakan oleh kita adalah SETIAP MANUSIA MEMILIKI KELEBIHAN DAN KEKURANGAN. Terkadang pikiran kita terlalu men-judge bahwa sesuatu adalah kurang hanya karena yang nampak adalah kekurangan nya tanpa melihat dari sisi yang lain. padahal, dibalik sebuah kekurangan yang besar, pasti masih ada potensi besar yang dimiliki nya. Contohnya saja pasukan Yahudi. Mereka memiliki kekuatan yang sangat besar secara fisik di dunia ini, tapi mereka juga punya kekurangan yang tidak kalah besar dengan kelebihannya, yaitu hati nurani. Mereka yang berusaha mengejar kebahagiaan dunia dengan menghancurkan bangsa lain. Begitupula dengan anak ini. GPPH atau sering dikenal dengan hiperaktif bukan berarti lahir tanpa kelebihan, tapi mungkin kita belum menemukan dan menonjolkan kelebihannya. Sehingga, saya dan 2 orang kakak saya, Rizky Amalia dan Fitria Mahrunnisa, berinisiatif mengajukan sebuah gagasan pada sebuah kegiatan bernama Pekan Kreativitas Mahasiswa dengan kategori Gagasan Tertulis atau sering disebut PKM-GT. Gagasan yang kami ajukan adalah deteksi dini gejala GPPH dan Autis pada siswa-siswi Taman Kanak-Kanak dan Sekolah dasar.

"Diagnosis secara tepat penting untuk dilakukan agar dapat menentukan penanganan kasus-kasus ini, namun masyarakat belum tergerak untuk memudahkan proses diagnosis ini. Untuk mempermudah deteksi gejala ini, kami mengusulkan adanya sistem deteksi dini pada siswa-siswi taman kanak-kanak dan sekolah dasar yang didasarkan pada DSM IV TR. Sistem ini dilaksanakan oleh guru selama 6 bulan dengan cara pengisian lembar deteksi yang telah kami susun. Hasilnya akan dilaporkan kepada puskesmas dan dokter di klinik untuk didiagnosis dengan tepat dan akurat.
Sistem ini akan dilaksanakan di beberapa kota besar. Melalui sistem ini, diprediksikan akan diperoleh jumlah anak yang mengalami GPPH dan autis di kota tersebut lebih banyak dibandingkan dengan jumlah anak yang terdaftar sebelumnya di rumah sakit dan pusat kesehatan lainnya. Hal ini juga berarti mampu mengurangi jumlah kasus yang masih tersembunyi berdasarkan fenomena gunung es."


sekarang jika kita telaah lagi, seharusnya ini menjadi bagian dari concern pemerintah sejak lama. karena anak autis dan GPPH yang tertangani dengan baik dapat menjadi aset besar potensi bangsa kita. namun, entah apa yang terjadi di negeri ini, bencana alam yang banyak terjadi terlalu mengalihkan perhatian kita semua. bukan berarti kita tidak boleh peduli akan nasib mereka yang tertimpa musibah, tapi jangan sampai tujuan akhir kita, menciptakan kualitas hidup masyarakat Indonesia menjadi lebih baik malah teralihkan.
bahkan mungkin pemerintah tidak mempedulikan nasib anak2 ini, karena pusat pendataan anak autis dan GPPH di Indonesia saja tidak ada.
lalu, langkah apa yang dapat kita lakukan?? sporadis begitu saja??
kapan kita bisa menjadi negara maju, jika kita belum bisa bersatu, sinergis, bersama menangani berbagai masalah secara objektif?
semoga gagasan yang kami buat bisa sekaligus men-trigger kita semua untuk bersatu membangun Indonesia lebih baik.

maaf jika mimpi yang sangat besar itu baru bisa dituangkan dari hal sekecil ini.
maaf kalau yang saya lakukan lebih banyak mengkritik daripada berbuat.

wallahu'alam.

berpikir# series 1

1 minggu yang sangat mengejutkan.
ada beberapa masalah yang terjadi dan membuat aku berpikir,
saat pimpinan aku stuck, kenapa aku yang bertindak??
jawaban temenku, "karena kamu anak PSDM..."
awalnya aku gak ngerti. kenapa emangnya kalo aku anak PSDM??
terus sering banget Fulki bilang,
"Ben, gw ngerti sekarang kenapa pemimpin-pemimpin FK UNPAD banyaknya muncul dari anak P&K..". dan aku tidak merespon nya. (paraaahhh !!!)
dan sekarang,, yaaa....
aku mengerti kenapa pemimpin itu sering datang dari lingkungan seperti itu, dari tempat seperti itu.
sedikit bercerita..
kemarin, saya menghadiri sebuah presentasi GBHPK (Garis-Garis Besar Haluan Pembinaan dan Kaderisasi) FK UNPAD.
yang merumuskan itu dari nol adalah 13 orang mahasiswa FK UNPAD, yang mayoritas 2009, yang 11 orang diantaranya baru mengenal dunia pembinaan dan kaderisasi dalam jangka waktu 1 bulan lebih. sebuah akselerasi yang sangat hebat bukan??
mereka belajar untuk selesai sebelum mulai.
yang mereka buat memang untuk mencapai kader FK UNPAD yang paripurna.
yang mereka buat memang untuk menciptakan mahasiswa FK UNPAD yang berkarakter.
dari hal sekecil itu saja saya bisa tahu, bahwa mereka paham seperti apa pemimpin ideal itu seharusnya.
sebelum presentasi, mereka mengeluhkan rasa grogi mereka.
padahal, aku bangga melihat mereka.
aku kagum melihat kegagahan dan keanggunan mereka berbicara.
aku kagum mendengar kata2 yang terlontar dari mulut mereka.

tapi jika aku flashback lagi, potensi mereka di awal masuk FK sangat beragam. kemampuan mereka berada di tingkat yang berbeda2. tapi kemarin, aku melihat mereka yang sangat berbeda dengan mereka yang baru beberapa bulan yang lalu aku bimbing sebagai fasil. sungguh pesat perkembangan mereka.

itulah gambaran singkat mengapa banyak pemimpin hadir dari tempat itu.
karena proses didalamnya yang berbeda.
mereka belajar untuk selesai sebelum mulai.
mereka belajar untuk membentuk seorang pemimpin, dan kultur FK UNPAD yang menjunjung tinggi nilai keteladanan, sangat wajar jika mereka belajar banyak mengenai sebuah kepemimpinan lebih awal dibanding teman yang lain.

lalu jika dilihat dari kultur yang dibentuk, tempat ini memaksa orang2 didalamnya memahami apa yang mereka jalani, mengkaji setiap hal yang hendak mereka lakukan, kultur yang membuat mereka menjadi pembelajar disetiap kegiatan nya, kultur bahwa setiap orang adalah pemimpin yang harus mengembangkan pola kepemimpinan nya, kultur yang sangat menuntut TOTALITAS. Karena keberhasilan organisasi ada pada kualitas SDM, dan kualitas SDM bergantung pada kinerja mereka, dan hanya dengan TOTALITAS dan LOYALITAS semua itu terwujud.

namun, bukan mustahil kultur itu dibentuk di tiap bidang, seksi, atau departemen, or whatever you call it. dan ketika kultur itu di wujudkan, niscaya FK UNPAD, Mahasiswa Kedokteran, Indonesia, pasti punya kader yang sangat banyak.

wallahu'alam.

Popular