Minggu, April 28, 2013

Belanda #15 Saya, islam, eropa.

Disini saya gersang. gerah karena rasanya di tanah eropa ini kering dari nama Allah, dari ajaran islam. Kalau di Indonesia, banyak orang yang Allah biarkan dalam kekafirannya meski telah tahu ajaran islam. Kalau disini, banyak orang yang Allah biarkan dalam kegelapan hidupnya, bahkan tidak pernah mendengar ajaran2 islam. Untuk kita yang Ia berikan keimanan, Ia jaga keimanan kita, dan Ia jaga kedekatanNya dengan kita, Ia mudahkan jalan kita mendekat padaNya, apalagi yang mau kita dustakan? Sungguh, nikmat ini adalah nikmat terbesar dalam seluruh usia kita.

Islam

Saya ini bukan wanita yang cukup baik untuk dikatakan paham agama, belum, saya masih jauh dari paham. Saya mencoba terus menggali apa yang bisa saya pahami dari dunia dan akhirat ini. Sempat saya bertanya2, kenapa saya harus yakin dengan Allah sedangkan saya tidak melihatnya. Kenapa saya harus percaya perkataan Rasulullah sedangkan saya tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah.

Buku2 bilang, semua orang yakin bahwa tuhan itu ada. Semua orang sesungguhnya menuhankan sesuatu, tergantung masing2. Tapi kenapa saya harus menjalani ajaran islam? Alhamdulillah, saya ga sedikitpun terpikir untuk keluar dari agama ini, tapi kegelisahan ini terus membuat tidak nyaman.

Ibadah sehari2 saya menjadi rutinitas belaka saat itu. Tanpa rasa. Hampa. Hidup jadi tak karuan. Allah, sayang sama saya, Ia tunjukan keindahan islam satu persatu nyata dihadapan saya hingga saya merasa ingin mendalami islam ini, ingin tahu sesungguhnya yang saya Tuhankan ini siapa dan harus bagaimana saya menghidupi hidup ini.

Masa2 labil itu pernah saya jalani hingga akhirnya saya sadar bahwa islam-lah jalan yang paling benar. Seisi dunia mengakui bahwa Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad saw. adalah Rasul Allah. Ketika saya menggali lagi satu persatu sejarah dunia sebelum islam, saat islam datang, dan setelah Rasulullah meninggal dunia, semua telah mengarah pada Allah. Ada bagian yang telah 'mereka' rekayasa sehingga mengaburkan kebenaran, tapi jika kita lihat Al-Qur'an sebagai tandingannya, Subhanallah, ga ada apa2nya mereka itu. Al-Qur'an dan al-hadits adalah jawaban dari segala kegalauan saya selama ini. Rasanya sedih pernah mempertanyakan hal itu, padahal tidak perlu ada keraguan didalamnya.

Ikhlas menjalani agama ini perlahan menjalar keseluruh tubuh saya. Hingga saat ini saya ada di tanah yang jauh dari islam, Allah masih melindungi saya dan menjaga saya dalam keimanan. :)

Sabtu, April 27, 2013

Belanda #14 last days

Hari ini h-6 kepulangan ke Indonesia. Gak terasa udah mau pulang aja. Rasanya baru kemarin dateng dan menjalani course pertama. Allah menyibukan saya dengan banyak hal disini sehingga saya ga ngerasa kalo ini udah harus selesai.

Betah disini, senang, meski hati bener2 gersang rasanya. Butuh energi dan tekad yang bulat untuk istiqomah dan terus berusaha meningkatkan keimanan. Kadang, saya merasa ingin pulang hanya sekedar untuk mentoring, sholat berjamaah, atau ngaso di mesjid. 2 bulan yang cukup untuk tidak pernah terbersit mencoba minuman keras. 2 bulan yg cukup untuk sangat berhati2 memilih makanan.

Saya dapat banyak sahabat yang baik disini. Saya punya pengalaman luar biasa disini. Putri Widya bilang, "mungkin ilmu secara content course bisa orang2 cari sendiri, tapi pengalaman hidup, nilai2 yang didapat, itu yang harus kita aplikasikan dan tunjukan pada yang lain bahwa 2 bulan disini adalah sesuatu dan bisa dishare ke mereka lewat perbuatan kita".

I will.

I will continue this path.
I know what i really2 want to do now.
Alhamdulillah, Allah membulatkan tekad saya dan semua semakin jelas.
This is a turning point of my life after years questioning.

Sabtu, April 20, 2013

warna warni

Inget rumah. Alhamdulillah ternyata saya tumbuh di keluarga yang seruuu! :D
A Ega yang udah disembah2 urusan IT nya. meeennn! cukup meraba2 sejenak, abis itu jago deh udah. A Herdiansyah yg jago banget ekonomi dan akuntansi nya, bikin saya pasrah urusan begituan sama dia. Ampun juragan! Ibu yang paling cas cis cus urusan sejarah peradaban islam, manajemen dakwah, dan sosiologi. banyak ustadz2 yang dibimbing sama beliau :) Bapak yang emang udah dunianya di politik dan administrasi, bikin saya belajar banyak tentang kehidupan yang keras dari beliau.
Kakek saya yang satu petani, yang satu tentara. om tante saya pun profesinya beragam, dari mulai arsitek, guru, politisi, designer, sopir, polisi, orang2 birkorasi, orang2 teknik, seniman, wiraswasta, dan beda2 semua. Mereka terus berjuang dengan apa yg mereka tekuni sekarang ini :)
Lalu saya, yang insyaAllah akan jadi dokter, bukanlah keistimewaan tersendiri, karena semua punya jalannya masing2. Tapi hal itu akan jadi warna lain yang buat keluarga saya semakin indah :D
terkadang, kalau lagi ngobrol jadi seru, banyak pengalaman yang bisa di share. misalnya, pengalaman tante menghadapi muridnya yang aneh2, pengalaman om ngadepin kasus2 kriminal, pengalaman untung rugi dagangnya tante, pengalaman ngerintis karis nya om di dunia politik, pengalaman bapak ngebangun bisnis, pengalaman aa ngurusin komputer2 dari jarak ribuan kilometer, pengalaman tante ditikung atasan di dunia birokrasi, banyaaaakkkk banget.
kangen ngobrol sama mereka semua dan pasti ribut banget kalo udah kumpul. maklum, jumlahnya gak keitung pake jari. hahaha

Alhamdulillah ^^

Belanda #13 Allah, saya ini BODOH.

semua orang bertanya, "hampir 2 bulan di Belanda dapet apa, rima?"

saya yakin semua orang yang ada di posisi saya akan berkata dan dengan mantap mengucapkan "saya belajar banyak. saya belajar bla bla bla.. saya akhir nya tahu tentang bla bla bla.. dan saya melihat ini itu dan segala macam..."

ya, saya juga melakukan hal yang sama. saya sudah katakan hal semacamnya pada yang bertanya. namun, sejak kemarin saya mulai resah dan gelisah mengingat saya akan segera pulang dan saya gak ingin pulang dengan tangan kosong. saya ga ingin pulang tanpa "keputusan" hidup apa2 setelah 2 bulan belajar banyak disini.

semakin berpikir, semakin saya gelisah. saya merasakan keraguan. mampukah saya jika harus menjelajah ilmu yang sesungguhnya luas ini? sanggupkah saya jadi istimewa di jalan ini? bisakah saya berjuang untuk hal ini?

ga berhenti2 gelisah, sampai akhirnya dari negeri kincir angin ini saya buka youtube dan streaming inspirasi iman TVRI yg tayang di Indonesia tanggal 4 april 2013. Judulnya tentang belajar dan mengajar. sambil mendengarkan tausiyah dari ustadz2 hebat yang jadi bintang tamu, saya bermuhasabah diri. kenapa saya mesti ragu dalam mencari ilmu? kenapa saya mesti takut melangkah? Allah yang akan tunjukan jalannya.

saya juga jadi berpikir lagi, kenapa saya sempat berpikir untuk jadi yang terbaik?

toh, dengan belajar banyak disini, saya menyadari 1 hal yang sangat "mengganjal", semakin saya belajar, semakin saya sadar bahwa saya ini bodoh. ga peduli orang bilang saya ini pintar bisa masuk fk, saya ini hebat bisa lolos seleksi dan berangkat ke Belanda, atau saya ini keren dengan hal2 yang saya lakukan.

tapi Allah, saya ini bodoh.

bumi itu luas. arogansi yang kita punya selama ini ga berarti apa2. kebanggaan kita akan jas putih itu pun ga ada apa2nya. seharusnya saya ini belajar bukan dalam intensi untuk jadi yang terbaik. cape. ga akan ketemu. seberapa keraspun saya berjuang, saya akan tetap punya celah kebodohan di diri saya. seberapa besarpun nilai yang saya punya, Allah, saya ini bukan siapa2 dan tidak akan jadi siapa2. *dan nilai saya memang ga istimewa sih*

saya belajar untuk mencari manfaat. saya mencari ilmu untuk seharusnya saya amalkan dalam kehidupan saya, kemudian saya bagikan kepada orang2 disekitar saya, dan untuk memperkuat keimanan saya padaNya. semakin banyak ilmu yang saya punya, semakin besar manfaat yang bisa saya berikan, maka seharusnya semakin tebal juga keimanan saya.

siapa yang sangka saya bisa masuk fk, survive di fk, dan sekarang bisa ngerasain belajar di belanda? saya sendiri ga pernah nyangka. secara faktanya, angka saya di kampus ga istimewa. aktivitas saya di organisasi banyak mengecewakan. kehidupan sosial saya ga ada yang istimewa. kemudian bagaimana bisa saya katakan seandainya saya ini bisa jadi yang terbaik?

bagi saya, saya ini terlalu lemah, saya ini terlalu bodoh, dan saya ini terlalu biasa untuk jadi yang istimewa. saya hingga akhirnya bisa dikasih jalan sekolah di tempat2 terbaik, masuk fk yang kualitasnya baik, bisa survive didalamnya, bisa ngerasain 2 bulan sekolah di universitas terbaik di belanda, bisa ngelihat dunia dengan mata lebih terbuka, bisa tau bahwa ilmu itu sangat sangat sangat luas, semua karena Allah. Yang membuat saya (mungkin) dipandang baik oleh manusia lainnya adalah jalan Allah yang Ia tunjukan dalam hidup saya.

"maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?"

ga usah takut, ga usah ragu, jangan pesimis. kamu memang bodoh dan itu bukan tabu, tapi itu juga bukan alasan kamu pasrah. karena kamu bodoh, kamu harus giat belajar. ingat, Allah bersamamu, rima! :')




the more i learn, the more i realize that i know nothing. the more i try, the more i realize that i can't do anything. Yes, i'm nothing. the more i resist, the more i am restless. No, i can't live without You, Allah :(

Jumat, April 19, 2013

Belanda #12 galau sebelum pulang

kalau orang kira saya sudah menemukan jalan yang saya ingin tempuh kedepannya, saya rasa mereka salah. kali ini saya mulai ragu. ya, 2 minggu lagi saya pulang dan melanjutkan kehidupan sebagai koas. stasenya masih banyak, tapi saya jadi enggan ikut koas lagi. rasanya saya sudah ada di zona nyaman sekarang. hanya saja, saya sadar, saya ini tidak se-spesial yang lain, yang bisa dengan seenaknya berpendapat. saya juga bukan orang yang bisa dengan mudah mencerna semua ilmu yang saya terima. saya juga bukan anak rajin yang selalu mencatat disetiap kuliah. ditambah lagi, saya bukan orang yang bisa dengan percaya diri menunjukan kualitas terbaik saya. ya, saya tidak se-spesial yang dipikir orang. saya sangat sadar, saya harus berusaha banyak jika saya ingin menempuh jalan di kesehatan masyarakat ini. saya harus belajar lebih rajin kalau saya mau ada di kesehatan masyarakat. ini yang buat saya ragu. saya ga suka jadi nampak bodoh, padahal saya memang bodoh. saya ingin jadi pintar, padahal saya memang punya banyak kekurangan. non-sense.

kali ini keraguan ini semakin membuat langkah berat. ada di zona nyaman tapi tidak cemerlang, atau ada di zona yang tidak senyaman ini tapi saya tau saya akan berjuang sangat keras ketika saya ada di tempat tidak nyaman dan saya bisa belajar banyak dari prosesnya. mental saya ini mental tantangan yang berusaha lebih dan lebih ketika tantangan semakin berat dan berat. saya tau ini ga selalu baik, tapi saya emang ga bisa jamin grafik hidup saya nanjak terus kalo ga gitu. hehehe *kayak gitu juga ga jamin siih hehehe*

ah, galau galau galau. galau mesti gimana. langsung usaha lanjut kuliah di bandung atau nunggu beres internship dan cari kuliah diluar? atau lanjut kehidupan di klinik dan spesialis? *yang terakhir ini macam pilihan keseribu gitu* hahahaha

Senin, April 08, 2013

koas ape-ing

Napak tilas pemikiran tahun lalu, secara prinsip ga banyak berubah. setidaknya, itu sudah cukup Alhamdulillah buat kehidupan koas yang begitu hecticnya dengan klinis. Kalau saya gak salah, minggu kedua bulan April 2012 itu tanggal saya ujian pertama koas IPD sama dr. Rachmat Gunadi, Sp.PD. dan itu setahun yang lalu. waktu itu rasanya sedih, sakit hati, meski sadar itu bener, tapi saya sekarang saya ngerasa ini bukan cuma masalah saya, tapi banyak koas lainnya.

kita (saya) sering nelen bulet2 rekomendasi pengobatan, teknik pemeriksaan, dan teori2 lainnya tanpa tau dasarnya dari mana, kenapa mesti begitu, untuk apa begitu, dsb. kayak doger monyet di pinggir jalan, ga pake mikir, nurut aja kata majikannya. Dan mestinya, istilah Ape-ing, alias memonyet, alias jadi doger monyet, terus berlaku bagi koas2 yang bertahan dalam keadaan tidak berpikir, termasuk saya ini. ayooo berubaah :)

"Kamu itu kerjanya Ape-ing, alias doger monyet. Cuma niru2 kata orang. Ga membaca. Ga mikir."
- dr. Rachmat Gunadi, Sp.PD, di Ruang Rheumatologi Lt.4 IPD-RSHS, April 2012.

Belanda #11 What a day!

Hari yang ditunggu akhirnya dateng, Prof.Tri dateng ke Nijmegen, Belanda untuk urusan kerjasama dengan Radboud University Nijmegen. udah di wanti2 sama dr.ghozali untuk ngeluangin waktu, dan ternyata bener, diajak jalan kita.diluar dari ditraktir makan sama beliau, hari ini saya berpikir banyak, punya ide banyak.

Bener kata Prof.Tri, secara metode belajar, Fk Unpad itu comparable dengan metode disini. Ini karena di Belanda yang problem-based itu baru Maastricht University aja. Yang membedakan justru ada dari sisi kultur belajar, pendidik, dan fasilitas infrastruktur.

kultur belajar disini luar biasa beda. mereka dibiasakan berpendapat dengan leluasa tanpa merasa akan disalahkan. ini juga ga terlepas dari aspek pendidiknya dalam merespon setiap jawaban orang2 meski kadang jawaban konyol kalo dipikir. Sedangkan saya, kelamaan di koas jadi pasif. Rasanya takut mau bicara, bertanya, atau berpendapat. Rasa takut di bilang goblok itu datang tiap mau bicara. Makanya suasana kelas jadi gak dinamis, cara berpikir kita pun jadi gak dinamis. Belum lagi kalo tutorial udah males, ngantuk, bosen denger orang ngomong, tutornya juga abal. Bahayaaaa! padahal, otak kita akan lebih terstimulus ketika kita mencoba berpendapat, kemudian direspon, berpikir, dan semakin dinamislah kerja otak kita. ujung2nya, berpikir jadi lebih cepat. saya belum pernah baca penelitiannya, tapi buat saya: it works!

Disini, otak kita diarahkan untuk punya mindset yang ga cuma klinis, tapi juga aspek2 non-klinis. Secara, kita kuliah bareng sama temen2 biomedical science yang dituntut memahami aspek klinis sebagai bagian dari pengembangan ilmu biomedis. Lagipula, aspek kesehatan itu ga sebatas masalah diagnosis, obat, tindakan medis dll, tapi juga aspek ekologis, epidemiologis, genetika, mikrobiologi, daannn masih banyak lagi. Pola pikir ini penting untuk dijaga oleh seorang dokter tapi di koas emang susah banget untuk tetap begitu. Masalahnya, panggilan "dek, koaasss!" dan ketajaman mata konsulen membuat kita sulit punya akal sehat, justru sibuk dengan aspek klinis sampai lupa urusan non-klinis nya. kalo saya bilang, ini namanya "Ga Punya Hidup", bisa tetep sehat aja udah untung. hahaha

selain itu, kita juga ngobrol ttg riset dan iklim di FK Unpad. Iklim riset yang dikenalkan di Radboud University  ke saya bikin saya cukup takjub. mereka dibiasakan hidup dengan 5 jurnal seminggu, minimal. hal itu bikin jurnal dan penelitian adalah hal biasa buat mahasiswa disana. waktu semester akhir, kita dibiasain dengan jurnal lewat critical appraisal di semester 5. terlambat rasanya. Di Radboud, mahasiswanya digiring untuk terbiasa berdiskusi berbasiskan jurnal. teksbuk masih dipake sih, tapi proporsinya beda. Disini mereka distimulasi untuk bisa menyimpulkan research question, dan mengesankan kalo bikin research question itu gak susah looh. Dari 4-5 jurnal aja, kita bisa bikin bab 1 kok, dalam sehari. Ga percaya? We did it! Hanya saja, sistem belajar, dinamika kelas dan lingkungan, dan pengajar mesti ambil andil masalah ini.

Pengalaman2 itu gak akan pernah ada di FK Unpad selama pengajarnya masih bermental "kolot". Istilah jaman dulu, di daerah sunda, yang namanya sekolah itu "sidakep bari balem". artinya, duduk manis dan mulut ditutup. mau jadi apa kita kalo terus begitu? manut2 sama kata guru aja, ga mencoba kritis, dan gak terbiasa berpendapat. Kalo pendapatnya beda, nilainya jadi jelek, itu non sense. Yang penting pola pikirnya. Hafalan bisa hilang suatu waktu, tapi pola pikir akan terbawa sampe kita mati, karena dengan pola pikir itu pula kita hidup.

kalo kata dr.Rachmat Gunadi, Sp.PD, tahun lalu,

"Koas2 itu kerjanya Ape-ing, alias doger monyet. cuma niru2 kata orang. Ga membaca, ga mikir."
*agak JLEB! tapi bener juga sih, kebanyakan ditelen bulet2 tanpa pake mikir

"landasan bergeraknya mesti dirapikan mulai dari masalah epidemiologi, dan semua ini gak akan tercapai kalo nulis status aja masih berantakan" 
- Prof.Dr.Med.Tri Hanggono Achmad, dr. di Rumah Makan Pasundan, Nijmegen
*kata2 ngeJLEB lainnya tapi emang ETA PISAAAANNN, PROF!!!



Masih banyak inspirasi2 lainnya yang didapet hari ini yang bingung mau mulai ditulis dari mana. Alhamdulillah aja ga cukup kayanya untuk inspirasi setiap hari yang saya dapet disini.

Gara2 pergi kesini ini, saya makin mantap pengen jadi dosen FK UNPAD!
saya pengen terlibat ngebangun sekolah yang mendidik saya 5 tahun untuk bisa jadi wadah pembelajaran terbaik di Indonesia dan mampu bersaing di dunia.
*lebay kayak ajang miss Indonesia*

Rabu, April 03, 2013

Belanda #10

Ketakutan aku sejak awal terbukti. Sejak seminggu sebelum ke Belanda, aku dag dig dug takut luar biasa. Takut karena bahasa inggris aku gak aktif, takut karena otak aku isinya kosong, takut karena sistem kuliahnya yang beda, dan takut sama pergaulannya.
Bulan kemarin itu sungguh mengejutkan buat aku. Untuk menghapus ketakutan, satu persatu. Aku berjuang sendirian. Aku gak punya temen yang bisa bantu, gak ada temen berbagi, gak ada temen saling menjaga. Cuma Allah satu-satunya yang ada sama aku.
Pertama, bahasa inggris aku yang jelek banget ini pelan2 membaik. Membiasakan diri dari mendengar orang bicara dan bertanya basa-basi. Awalnya deg2an banget, sampe pernah menjawab pertanyaan dengan sangat bodoh. Apalagi presentasi kasus outbreak yang pertama di minggu pertama, sudahlah, semua orang tahu kalau aku dapat nilai terburuk dikelas.
Kedua, aku takut nampak bodoh. Aku tahu aku tidak terlalu bodoh diantara mereka, tapi kemudian aku sadar, kultur yang berbeda. Mereka sangat outspoken, segala macam ditanyain sampe ga penting sekalipun menurut aku. Aku maunya nanya kalo emang ga bisa dijawab dari buku, kayak biasanya kultur di fk. hingga akhirnya aku tahu bahwa kultur yang mereka bangun itu bukan tanpa tujuan, tapi supaya membiasakan pola pikir kritis dan kreatif. Komentar bodoh pun dianggap "partisipatif" mungkin.
dan sekarang terbukti, aku yang sudah tahu bodoh, tidak paham apa yang dibahas, masih saja malas belajar. oh tidak!!! sekarang hasilnya saya dapat nilai terburuk dikelas. masih lulus sih, tapi tetep aja paling jelek. :(
Keempat, aku takut sama pergaulannya dan bener aja, mereka seneng banget clubbing. Bahkan, rencana jalan2 tour kota pun mesti diselingi sama miras. Allah, takuuuutttt :( aku takut banget pas mereka ke pub, aku ga ada temen, pengen pulang tapi gak tau jalan :'( fix ga tahan sama baunya, mau muntah rasanya.

sempet kepikir, kenapa Allah takdirkan aku disini kalau untuk survive aja saya mesti mati2an? bahasa inggris aku jelek, aku juga gak bisa dapet prestasi yang baik di kelas, dan aku ada di dunia asing yang pergaulannya ga aku banget?
aku tahu, FK Unpad pun ngirim aku bukan untuk "unjuk gigi" bahwa kami punya mahasiswa2 yang baik secara akademis. Kalau itu yang mereka inginkan, pasti bukan aku yang dikirim. kalau memang mereka ingin FK Unpad pengen banyak mahasiswa yang punya pengalaman abroad, kenapa mesti aku? banyak temen2 aku yang bisa pergi juga. Kalo FK Unpad pengen orang yang bisa bersosialisasi dan membangun hubungan baik sama orang2 disini, mungkin mereka juga akan mengirim orang lain.
Tapi aku menikmati dan mensyukuri ini. Setidaknya, setelah disini aku belajar banyak, dan aku punya keyakinan akan mimpi2 aku. Aku menemukan jalan yang aku inginkan.
Alhamdulillah :)

Selasa, April 02, 2013

Belanda #9 Amsterdam tour


Awalnya seneng sama jalan2nya. Seru, tour keliling Amsterdam. Liat banyak hal menarik (yang sebagian udah ditunjukin Dilan sebenernya). Sempet main game aneh juga di depan Maddam Tussaud, makan di resto Vietnam, dan akhirnya diajak menepi di pub karena pada kedinginan. Awalnya udah ragu, tapi aku masih tenang karena ada Mbak ajeng (yg udah lama dan terbiasa disini) ikut. Taunya aku mendapat pengalaman serem. Takut banget deh. Putri malah ngobrol sama Mbak Ajeng. Untung Allah tolongin aku lewat Alma sama Lidian. Akhirnya om2 serem yang aneh itu pergi dari aku. Serem, ga mau lagi2 ke tempat begitu.
Udah malem, dingin banget, dan berharap French fries atau waffle hangat, taunya malah dibawa ke pub berikutnya yang geje banget. Udah jelas terpampang didepan kaca “smoking weeds” dan mereka tetep masuk. Plis laaah, bau alcohol yang kalian minum aja udah aku bilang “GA TAHAN”, bau rokok biasa aja aku udah complain terus, tapi masih aja tempat begitu yang dituju. Aku udah pengen kabur rasanya. Untung Mbak Ajeng juga menyelamatkan kita dengan ngajak pulang.
Iya, aku pengen pulang. Aku dari awal udah bilang aku gak mau pulang larut, besok ada kuliah dan aku mau istirahat dengan proper. Mereka emang udah mabok kali yaa, jadi ya udah, ga ada yang peduli juga. Agak tenang awalnya pas seorang anak Indonesia cukup ngejagain kita, tapi pliss banget, ternyata dia gak ikut pulang dan malah lanjut clubbing. Allah, aku takut ada di lingkungan kayak gini. Lain kali aku bakal tegasin mereka dengan keras untuk ga bawa aku ke tempat gitu lagi.

Popular