Selasa, Maret 13, 2012

seperti burung~~~kyaaaaaaa!

Saat itu usiaku 5 tahun. Lapangan itu cukup luas untuk aku berlari menghabiskan seluruh energiku. Bermain layang-layang, bermain sepak bola, berlari dan jatuh lalu aku berdiri kembali untuk kemudian melanjutkan berlari. Hari itu cuaca mendung. Burung-burung berbondong-bondong dari arah barat, menandakan hujan akan segera turun. 
"bu, lihat ada burung banyaaakkk!” teriakku pada ibu yang duduk memandangiku dari halaman rumah. Kebetulan, lapangan itu ada tepat disamping rumahku. Ibu hanya tinggal keluar menuju halaman rumah untuk bisa melihat bahwa aku bermain dengan aman. “iya, nak. Itu tandanya mau hujan. Ayo, cepat masuk!” ajak ibu padaku. Aku pun berlari menuju ke rumah.
Sambil membuka pintu rumah, aku bertanya, “bu, kenapa burung itu terbang? Apa yang dia lakukan diatas sana?”. Ibu menjawab, “sama seperti kita, dia pindah dari satu tempat ke tempat lain. Dia mencari makan dan melihat seisi bumi. termasuk kalau kamu nakal, burung-burung itu bisa saja lihat”.
Tidak berhenti sampai situ, perbincangan ringan ibu dan anaknya ini berlanjut hingga meja makan. Otak ku yang masih kecil ini terus bertanya, “kenapa dia harus terbang? Kan bisa jalan kaki. Ayam juga punya sayap, tapi kenapa tidak bisa terbang? Terus kenapa kita harus jalan kaki kalau ada cara untuk terbang?”. Ibu mulai kebingungan menghadapi anaknya yang kritis ini. “Burung itu kakinya kecil sekali, nak. Kalau dia berjalan kaki, kapan dia sampainya? Makanya Allah buatkan dia sayap. Ayam memang punya sayap, tapi paru-parunya tidak sama, jadi dia tidak bisa terbang tinggi seperti burung, hanya sedikit saja. Nak, setiap makhluk Allah itu berbeda-beda, itu supaya kita saling tolong-menolong. Kalau kita kan tidak punya sayap, jadi tidak bisa terbang, tapi kita punya ini” kata ibu sambil menunjuk ke keningku.
Ya, aku tahu, manusia punya akal, hewan tidak. Dengan mulut penuh, aku bertanya, “Memang apa bedanya yang berakal dan tidak?”. Jawaban ibu dari pertanyaan ini selalu aku ingat. Ibu bilang, “yang berakal itu adalah mereka yang selalu berpikir. Bukan cuma orang yang pintar tapi juga harus berakhlak mulia. Coba kamu lihat orang gila, dia itu kehilangan akalnya. Makanya dia tidak sekolah, tidak sholat, tidak ngaji, apalagi ingat Allah.”
“tapi enak ya, bu, jadi seperti burung. Bisa kemana saja, bisa lihat seisi bumi. Pasti anginnya kencang. Itu seru!” ujarku polos. Ibu hanya tertawa dan berkata, “tidak ada yang nampak lebih enak daripada jadi apapun yang kamu mau, nak, tapi hanya Allah yang tahu yang terbaik buat kamu”. Aku, bocah sok pintar ini, terdiam dan dalam hati berkata, “aku mau punya sayap. Aku mau terbang. POKOKNYA AKU MAU TERBANG! AKU PASTI BISA PUNYA SAYAP DAN TERBANG SEPERTI BURUNG! AKU MAU LIHAT SEISI DUNIA!”.
Padahal aku ini tidak ingat kalau saat itu, manusia sudah menemukan teknologi bernama pesawat terbang sejak puluhan tahun lalu. Kalau sekarang ibu tahu tentang ini, pasti dia tertawa mendengar kebodohanku.

Popular