Pernah baca kalimat semacam itu dari blog adik kelas yg di fk ui. Kalimat yang menarik. Kemudian saya berusaha memaknai itu perlahan dengan cara saya, dengan mengenal Allah, mendekat terus pada Allah, hingga akhirnya saya punya persepsi sendiri tentang cinta.
Saya belajar cinta dari Allah, dari belajar menunjukan cinta pada Allah, belajar menunjukkan kesungguhan pada Allah, dan memaknai segala pemberian Allah di hidup saya. Hingga akhirnya saya merasa bahwa cinta yang sesungguhnya adalah cinta pada Allah. Jika kamu memiliki cintaNya, maka cinta bumi dan seisinya akan menuju padamu. :)
Semakin banyak mendekatkan diri pada Allah, semakin hati ini takut menyatakan cinta pada makhlukNya. Bukan karena malu atau segan, tapi karena takut. Takut makhlukNya ini belum sungguh2 mencintaiNya, lalu 'salah pilih' imam, lalu salah langkah seumur hidup. Karena dia yang sungguh2 dalam mencintaiNya akan tahu bagaimana cara mencintai sesama.
Gimanapun, saya ini perempuan desa, didikan dari pesantren ke pesantren (meski bukan santri tetap), binaan ibu, yang sudah mendidik ribuan ustadz,dengan pola pikir sedikit kuno mungkin di mata orang. Ibu saya pun mengajarkan saya bahwa cinta yang sesungguhnya adalah padaNya. Selama 23 tahun ibu saya tunjukkan seperti apa imam yang baik, ibu yang baik, dan istri shalihah. Maka dia yang faham bagaimana cinta Allah akan tahu bagaimana menjadi imam yang baik bagi saya.
Mungkin beginilah cara saya menikmati hidup. Sedikit aneh di mata orang2. Belajar cinta ya dari Yang Punya Cinta yg Hakiki, belajar rasa ya dari Sang Pembolak Balik Hati :)