Selasa, Mei 29, 2012

co-assisten

artinya asisten nya asisten. jadi kalo keset yaa kesetnya keset *ups ngga deng becanda :p awal masuk coass langsung dihadapkan ke stase besar yang katanya keras. oke, emang berat tapi residen dan konsulen nya ga sebeban itu kok. justru yang berat saat coass adalah menjaga hati. bener kata teh nada, yang diperlukan di coass itu cuma : "masuk dan keluar, tetep jadi diri sendiri". kalo nggak gitu, bisa2 keluar jadi orang yang lain. rutinintas yang dijslani tiap hari dan dinamika nya yang buat semua terasa jadi beban. setengah tujuh pagi udah siap untuk menjalani follow-up. selesai itu, sarapan pagi sebentar, lalu masuk ke poli dan bertemu pasien "bertema" sampai siang. istirahat siang (kadang gak ada waktu istirahatn siang), kami semua harus langsung siap preseptoran sampe jam empat sore. kalau gak ada jaga, pulang ke kosan dengan tugas setumpukan, beban mental karena merasa bodoh, sehingga buku2 yang ada menanti sekali untuk kami perkosa. *frontal *lebay. kalo ada jaga, yaaa sampe pagi mantengin pasien2. besoknya mulai lagi dengan follow-up daaaaann selanjutnya. kadang, kalau liat residen, ada yang nyeleneh, ada yang hati2sekali, ada yang kayak orang bisu cuma diem aja depan kita, kadang juga ada residen yang rewelnya amoe minta dibakar. hahahaha. itu justru bikin saya malah bingung, bingung bersikap. akhirnya, pilihan terberani adalah 'peduli amat, gue mau jadi diri gue sendiri. kalo salah, marahin juga gak apa2, berarti setelah itu gue belajar'. sampe ada residen yang pusing gw tanya2 mulu ttg hal detil dan bilang 'dek, udah laah...let's forget the detail' yang membuat gue tercengang. dok, itu pasien looh...orang looh... kejadian mal praktek didepan mata, kejadian pasien meninggal, pasien emergency yang minta pulang aja dan gak mau operasi. gak habis pikir. dan semua terjadi mengalir begitu saja. hati ini lama kelamaan jadi dipaksa kebal. sampai akhirnya ada 'bisikan' yang bilang 'udahlaah, dokter mah klinis yaa klinis aja ga usah pake ngajar. dokter mag kudu netral, jalani aja profesi klinis nya'. padahal nggak gitu harusnya. dokter itu profesi yg bisa liat kondisi masyarakat hanya dengan mengamati rumah sakitnya dan pasien2nya. dari sosial, ekonomi, politik, budaya, dan banyak lagi. saya bilang, BODOH dokter dan calon dokter kalo tidak BERGERAK atau tergerak hatinya melihat kondisi seperti sekarang ini. cuma diam menerim nasib dengan alibi 'dokter tidak boleh berpolitik praktis', menurut saya sangat tidak tepat. dokter harus jadi orang yang ada di zona hitM-putih dan membuat zona abu2 memiliki kejelasan, hitam atau putih. alhamdulillah saya pelan2 merapat kembali ke ISMKI dan mengembalikan lagi idealisme yang saya punya. butuh lingkungan yang kondusif untuk menjaga idealisme, tapi lingkungan itu dibentuk dan kita yang menentukan akan di lingkungan seperti apa kita. :D

Popular