Kamis, Juni 10, 2010

napak tilas

Tiba tiba teringat pada diri sendiri waktu ada telepon dari sodara tentang SNMPTN. Dia mau daftar ke FK UNPAD. Aku tiba2 teringat perjalanan hidup yang lama terlewati dan mungkin tidak pernah aku ingat lagi.

Saat saat aku berjuang dengan segenap tekad untuk menjadi siswa SMP Negeri 2 Bandung. Aku awalnya tidak yakin. Hanya sedikit kakak tingkatku yang bisa berada di sekolah favorit di kota bandung itu. Tapi keinginan besar ku ini di kabulkan oleh Allah. Tapi sepanjang berada di sekolah itu, aku tidak memaksimalkan kesempatan yang aku punya untuk menuntut ilmu. Prestasiku di kelas turun naik. Dan di tingkat terakhir, kelas 3, aku memberanikan diri untuk tidak mengikuti bimbingan belajar apapun untuk bisa masuk SMA 3, SMA favorit di kota bandung. Ditambah lagi, seperti sebuah tradisi, siswa-sisiwi SMP 2 yang masuk SMA 3 sangatlah banyak, mencapai 100 orang. Dan aku sangat percaya diri bahwa aku bisa ada di sekolah itu. Sekolah yang sering aku dan teman2ku kunjungi hanya sebatas makan atau memang karena ada kegiatan disana. Sampai satu ketika, aku ditanya oleh kawan lama ku, “rim, mau masuk SMA mana?” dan aku menjawab “SMA 3 doong…” teman ku yang setahun dibawah aku mengomentari “waaah… hebat.. aku juga pengen aah..”.

Saat itu dengan percaya dirinya, aku bilang, “liat aja… temui aku di SMA 3.. aku pasti jadi siswa sekolah itu..” dan teman2 aku bilang, “bener? yakin banget… ayoo, kita liat aja nanti..”

Seketika aku teringatkan, bahwa aku terlalu prcaya diri. Dan aku menuduk malu.

Ketika hari pertama pendaftaran, namaku masih terdaftar di SMA itu sebagai calon siswa yang siap diterima. Aku masih merasa tinggi saat itu. Tapi tiba2 dihari kedua, ada sekolah2 yang tiba2 mendaftarkan sangat banyak sekali siswa nya ke sekolah itu dan menggeser namaku hingga tak terlihat lagi. Dan saat itu aku menangis. Betapa ingin nya diri ini masuk sekolah itu. Sekolah impian. Hingga akhirnya aku harus berada di sekolah almamaterku saat ini, SMA 8 Bandung. Sekolah yang juga banyak peminatnya, peringkat ketiga di bandung, tapi hati ini tak ada disana.

Tahun pertama aku menemukan sahabat2 yang luar biasa hebatnya, hingga aku merasa nyaman untuk sekolah. Dan akupun bersemangat untuk belajar. Ditambah lagi, ekstrakurikuler yang aku ikuti membina aku tak hanya mengenai medis, tapi juga mengenai konsep diri. Aku merasa disini memang bukan sekolah yang aku inginkan dulu, tapi aku mendapat sesuatu yang lebih. Di kelas 2, aku terlalu terbawa suasana. Aku benar2 kehilangan diri aku sesungguhnya yang selama ini terbentuk. Hingga di kelas 3 aku sadar, bahwa aku hilang. Konsep diri yang terbentuk tiba-tiba hilang. Aku kaget. Dan aku segera mengembalikan diri aku. Mungkin diri aku yang sesungguhnya tidak bisa diterima di lingkungan kelasku saat itu. Tapi aku masih bahagia karena diluar kelas itu aku masih punya sangat banyak teman yang bisa menerima aku apa adanya.

Sampailah pada saat aku harus dengan sangat apik memenej diri dan waktuku. UAN tinggal hitungan bulan, SNMPTN semakin dekat. Aku semakin mengurangi waktu bermainku. Ketika teman2 sekelasku mengajak untuk liburan bersama, aku menolak. Karena aku pikir bukan saatnya.

UAN pun semakin dekat. Tinggal hitungan minggu. Tapi aku dikagetkan dengan berbagai tulisan yang menyatakan bahwa mayoritas siswa dikelasku tidak menyukaiku dan mengejek aku. Berbagai tindakan diskriminatif pun datang. saat itu aku sedih. Aku sakit. Tapi aku tak mau ambil pusing. Karena ada sebuah pertarungan lebih besar yang harus aku hadapi, SNMPTN, pertarungan menentukan masa depan.

UAN selesai, kami sudah bermaafan, akupun sudah memaafkan merak meski rasa sakit itu berbekas dihatiku. Mereka akhirnya mengajaku untuk ikut di liburan kelas terakhir. Aku menolak. Aku bilang, “maaf, tapi belum ada yang bisa aku rayakan. Masih ada perjuangan yang harus aku lakukan..”. mereka mungkin berpikir aku freak. Tapi aku tak peduli. Hingga akhirnya aku benar2 diterima di FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN.

Tahukah apa yang terjadi setelah itu? Banyak sekali perubahan sikap dari teman2ku itu. Mereka yang tak pernah peduli akan keberadaan aku, tiba2 mereka memelukku dan memberiku selamat dan aku dikerubuti. Yaa, bagaimana tidak mereka kaget, aku yang selalu ada di 5 peringkat terbawah di kelas diterima di fk unpad melalui jalur SNMPTN sedangkan temanku yang selalu peringkat 10 besar tidak. Ucap syukur tak hentinya aku lakukan. Air mata berurai karena mimpi ini terwujud dan karena sikap teman2ku sangat berubah.

Hingga saat ini aku tak henti bersyukur pernah ada di SMAN 8 Bandung. Sebuah pengalaman dahsyat luar biasa yang mungkin tidak orang lain rasakan. Meskipun rasa bangga akan sekolah itu tak sebesar rasa banggaku pada sekolah hijau yang hampir setiap senin dinyanyikan lagu, berlirik “kan kami jaga keagungan nya SMP Negeri 2..”.

Kini tinggal perjuangan di FK UNPAD yang harus aku lakukan untuk menjadi dokter. Dan ternyata aku sadar, aku lagi2 tak bersyukur dan telah menyia-nyiakan waktu yang Allah berikan karena tak belajar maksimal. Aku terlalu sibuk dengan organisasi hingga lupa bahwa tugasku adalah menjadi dokter. Akademik tetaplah harus jadi nomer satu. IPK cumlaude selama ini hanya mimpi yang tak kunjung nyata karena aku tak pernah berusaha dengan sungguh2 untuk mewujudkannya. Tapi aku sudah terlanjur basah. Alhamdulillah ayahku sangat pengertian dan berkata, “mangga we, asal mimiti ti semester 5 ulah aya deui angka nu kieu dina skrip nilai… bapa mah hariwang, bisi engke mah standar spesialis teh naek, kumaha lamun neng kieu wae nilai mah, tingaleun nu aya… ”. sejak itu aku tersadar dan berjanji untuk tidak lagi menmengecewakan orang2 yang telah menaruh harapan nya padaku dan tak lagi terbuai dengan kemenangan semu kaena sudah bisa berada ditempat yang aku inginkan.

Ya Allah, ampuni hamba karena terlalu sering lupa untuk bersyukur dan sering takabur…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular