Habis nonton film Habibie-Ainun. Emang bagus ceritanya, dalam maknanya, tapi gak tau kenapa gak bisa nangis karenanya. Disaat yg bersamaan bbm-an yg ngebahas takut saya tiba2 hilang dan jadi teroris. Point intinya bukan saya jadi terorisnya. Saat pak Habibie menangis berhari2 dan merasa 'pincang' karena kehilangan, saya justru ingin bilang, "saya nggak ingin mereka menangis jika saya tiba2 hilang". Bukan karena saya benci, tapi saya tidak ingin kepergian saya kelak membuat orang2 yg saya sayang khawatir ataupun 'pincang' atau bahkan jadi beban. Bukan saya tidak mau hidup saya berarti, tapi saya hanya ingin mereka ingat, saya adalah milik Allah, bukan yang lain. Saya hanya ingin menjadikan Allah sebagai sentral hidup kami. Mungkin rasa itu juga yang bikin saya gak nangis nonton film ini.
Tapi saya sangat sedih melihat seseorang luar biasa yg bermimpi besar untuk bangsanya malah disia2kan begitu saja hanya karena urusan politik, ekonomi, pragmatisme dan pesimisme golongan. Sungguh dangkal. Bahkan saat sosok ini hilang, ia sungguh tak diingat oleh bangsanya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar