Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler.
Siapapun yang kenal baik dengan saya selama kuliah, mungkin bingung dan kaget kenapa tiba2, random, saya ada di departemen ini. Dulu saya lantang bicara tentang hal-hal yang sama sekali bukan ilmu biomolekuler. Dulu saya gesit bergerak disekitar hal-hal politis. Dulu saya bahkan tidak melirik sama sekali ilmu biokimia. Tapi serunya, cerita perjalanan saya banyak twist yang bikin saya banyak tersenyum :)
Keputusan ini bukan saya yang minta sama pak dekan, saya cuma berdoa sama Allah supaya ditempatkan di departemen terbaik menurutNya. Saya punya kehendak, saya punya cita-cita dan mimpi, tapi saya sadar bahwa saya ini banyak keterbatasan.
Awalnya kaget, heran, bingung, dan bertanya2 saat menerima keputusan ini, tapi akhirnya saya sadar bahwa banyak hal yang selama ini kita rasa kita paham padahal sebenarnya tidak. Allah yang Maha Tahu.
Awalnya merasa ini keputusan aneh yang saya belum bisa terima. Padahal, sesungguhnya mungkin ini jalan terbaik buat saya. Pilihan saya sebelumnya belum tentu akan memberikan signifikansi hidup yg lebih baik daripada kalau saya di departemen ini. Allah yang Maha Bijaksana.
Awalnya merasa ini tidak akan seru, karena pilihan saya bisa sangat banyak main politik nya, dan itu dinamis. Itu pikiran saya. Padahal, mungkin saja yang politis2 itu bisa membawa saya semakin bersikap abu2, atau bahkan hilang idealisme. Disini, saya tidak tahu, alasan apa yang bisa membuat saya melunturkan idealisme yang sudah saya bangun. Allah yang Maha Pelindung.
Akhirnya saya sadar, saya ditunjuk oleh seorang guru besar biokimia, untuk bergabung di departemen tersebut. Bukankah ini salah satu kehormatan yang seharusnya tidak saya sia-siakan? Saya sangat percaya pada beliau, bahwa keputusan yang diambil tidak pernah main-main, selalu ada pertimbangan yang baik dari beliau sebelum mengambil keputusan.
Kalau dilihat dari keilmuan, banyak yang ilmunya lebih hebat dari saya untuk ditempatkan disana. Kalau dilihat dari kematangan berorganisasi, saya percaya banyak yang lebih senior yang lebih baik dari saya. Tapi rasanya terlalu gegabah kalau saya menganggap ini keputusan yang salah, karena pasti ada alasan lain yang tidak kalah pentingnya yang membuat keputusan ini harus diambil, meskipun saya belum tahu.
Oleh karena itu, saya sudah memantapkan hati, Bismillah, saya akan jalani, mulai banyak2 belajar, dan mulai menyusun kembali rencana2 kehidupan yang mungkin memang harus berubah. Saya tidak mau mengecewakan Allah. Setiap amanah yang Allah berikan, pasti selalu disertai dengan rezeki, kapabilitas, dan hikmah yang membuat kita terus berpikir dan bersyukur.