Minggu, Februari 16, 2014

Baju ku dulu, tak begini...

Saya pengen cerita tentang hijab.

Saya ini dulunya gak pedean. Jaman sd-smp saya ini anak paling cupu di sekolah. Selalu jadi bahan ejekan teman2, mulai dari cara berpakaian, model potongan rambut, wajah yang pas-pasan, kelakuan yang seenaknya, bicara yang tomboy, dan masih banyak lagi. Untungnya sedikit terbantu dengan nilai rapot yang gak terlalu mengecewakan.

Suatu hari saat sd, teman saya pergi ikut orang tuanya kerja di arab. Setelah 1 tahun, dia pulang kembali ke indonesia, masuk ke kelas yang sama dengan saya lagi. Sepulang dari sana dia sudah nampak berbeda. Dia menggunakan kerudung ke sekolah, tapi kalau main atau les, dia tidak pakai kerudung.

Saya tahu, ibu saya juga kalau bepergian menggunakan kerudung. Tapi saya merasa tidak pernah paham mengapa ibu saya berkerudung dan apakah saya perlu berkerudung atau tidak. Hanya saja, saya berkerudung kalau mau pergi sekolah agama di mesjid. Namun begitu, setelah melihat teman saya ke sekolah dengan kerudungnya, saya pikir, berkerudung itu keren. Entah apa alasannya.

Saya coba sesekali ke sekolah dengan seragam tangan panjang. Belum pakai kerudung. Rasanya geraaahh banget. Hanya bertahan 2-3 kali. Kata ibu saya, "kalau kamu memang mau pakai kerudung juga, harus terus kemanapun pakai kerudung, gak boleh buka-lepas". Saya saat itu masih belum paham apa maksudnya. Dalam hati saya berkata, "mamih nih gak tau apa kalo ini biar gaul di sekolah".

Memasuki smp, masih dengan rima si anak cupu. Sesekali disekolah diadakan tabligh akbar yang mengharuskan semua siswa perempuan berkerudung. Di smp, beberapa teman saya sudah berhijab, kebanyakan karena memang sudah berhijab dari kecil. Saya lihat banyak teman2 saya yang dianggap anak gaul sekolah, sering kali hanya menyampirkan kain kerudung itu di bahunya. Saat itu saya merasa ingin tampil beda, maka saya ingin pakai kerudung itu dengan benar. Saya saat itu mau berkerudung, tapi tetep gaul, makanya cuma occasional aja berkerudungnya.

Banyak teman2 saya di sekolah itu yang menganggap orang berhijab itu gak asik. Entah kenapa, ada jarak tersendiri yang memisahkan anak2 berhijab itu dari anak2 gaul sekolah saya dulu. Hampir semuanya teman2 yang berhijab itu anggota dkm atau rohis, sedangkan yang disebut anak gaul ituyang roknya pendek dan ketat, bajunya indis, celananya hipster dsb, kerjaannya nongkrong di sekolah, kios dekat sekolah, atau mall.

Saat memasuki kelas 3 smp, saya dekat dengan seorang teman yang mengubah dirinya di semester akhir, menjadi berhijab sepenuhnya. Disitu dia sering menyebut2 bahwa "urusan berhijab itu bukan berarti gak gaul, berhijab itu keharusan. Ada kok di Al-quran. Hijab itu harus disampaikan menutupi dada, bukan kerudung poni, bukan kerudung cekek.". Saya lama2 merasa sepaham dengan dia. Saya merasa bahwa percuma saya ga pake kerudung, toh gak dianggap jadi anak gaul juga. Dia sering tanya, "kapan nyusul pakai kerudung, rima?". Segera tanpa pikir panjang saya bilang, lulus smp, pas masuk sma saya akan berkerudung. Bahkan belum ada keluarga saya yang tahu itu.

Setelah masuk sma dan menyelesaikan ospek, saya sudah kuatkan niat untuk berkerudung. Awalnya karena saya merasa berkerudung itu pengalihan saya dari merasa cupu dan gak pede, sampai2 teman di rumah saya bertanya, "kamu pake kerudung juga di rumah?". Saat itu saya bilang, "nggak lah. Dirumah ngapain pake kerudung". "Sugan we, mau jadi anak alim yang jilbaber gitu". Meskipun pada kenyataannya, kalau keluar rumah, saya selalu pakai kerudung.

Selama sma, saya masih ga paham dengan berhijab yang sesungguhnya. Yang namanya jilbabin badan sama jilbabin hati itu ga paham sama sekali. Mungkin pernah tau, pernah denger, tapi masuk telinga kanan keluar di telinga kiri. Sholat masih amburadul. Ngaji kalo disuruh disekolah aja. Kelakuan dan pergaulan amburadul. Hati banyak setannya. Omongan sama sekali gak terjaga. Apalagi yang sunnah2, ga pernah inget.

Pas kelas 3 sma, mulai dikenalin sama temen bahwa iman itu indah loh. Kalo kamu suka sama orang, orang yang kamu suka itu cerminan diri kamu loh. Kalo kamu bertahan, kamu itu berarti sama aja sama dia. Saya juga banyak diingatkan kalau mau lulus sma dan masuk perguruan tinggi yang bagus itu harus rajin ibadah. Hingga akhirnya saya banyak refleksi diri dan pelan2 mendekat sama Allah.

Pas masuk kuliah, saya barulah dikenalkan dengan hati terbuka yang namanya Ma'rifatullah. Mengenal Allah. Lingkungan luar biasa yang membuka hati dan mengembalikan keimanan. Hingga akhirnya saya merasa, wanita berhijab itu sungguh cantik, sungguh indah, lembut, dan menentramkan. Banyak ketentraman hati yang saya temui setelah mengenal itu semua. Saya mau jadi seperti itu! Meskipun kelihatannya wanita2 itu gak semuanya kalem, ada aja yang agak2 urakan kayak saya, tapi saya tahu dan percaya dihati mereka sungguh indah dan lembut karena ada Allah.

Seiring waktu saya belajar bagaimana hijab yang sesungguhnya, yang syar'i tapi tetep menunjukkan keindahan. Saya selalu ingat kata2 teman saya, "wanita berhijab itu jadi simbol islam". Jadi kalau saya berhijab, tapi masih asal, gak rapih, gak bersih, gak indah, rasanya gak sempuna hijab saya.

Beberapa teman saya 'goyah' dalam hijabnya. Sangat sayang sekali sama orang2 yang belum istiqomah dalam hijabnya, padahal bagi saya, sesungguhnya pada hijab itu ada kedekatan hati dengan Allah yang lebih terjaga. Ketika raga terhijab dengan baik, seiring dengan itu, hati ini menjadi lebih mudah terhijab juga.

Yuuk, berhijab dengan syar'i :)
Ga ada lagi alasan bahwa berhijab itu harus berhati baik dulu kok. Perintah Allah tetap perintah, ga boleh dilanggar ;) hidup kan proses jadi lebih baik, ga usah takut diejekin orang karena masa lalu kita. Mendingan jadi mantan orang jahat dari pada mantan orang baik, kan? So, jangan takut sama pandangan orang, jangan takut sama hal2 duniawi, toh dunia ini punya Allah.

Popular