Bapak bilang, "ini kenyataan hidup, nak. Harus kamu hadapi."
Tapi aku masih terus bertanya, "pak, kenapa kenyataan ini begitu pahit? Aku takut menghadapi hidup kalau begitu".
Bapak pun diam tertegun. "Buka hatimu. Ikhlaskan. Kamu tidak bisa terus hidup seperti itu karena hidup tidak selamanya seperti itu".
"kalau aku bisa, pak, sudah dari dulu aku lakukan".
Mungkin sedih hati bapak saat itu melihat anak perempuan satu2nya terluka amat dalam. Maaf, pak. Tapi sekarang saya belum sanggup melupakan kejadian2 itu. Satu persatu itu juga menyakiti saya, sampai hari ini. Tapi jangan khawatir, saya akan tetap sayang bapak :')
Rabu, Mei 22, 2013
Popular
-
By: maudy ayunda Hai selamat bertemu lagi Aku sudah lama menghindarimu Sialku lah kau ada di sini Sungguh tak mudah bagiku Rasanya tak i...
-
diam sejenak di mushola Asy-syifaa yg di a1. tiba2 tertarik liat keluar jendela. ijo, sejuk, asri, suka liatnya. tapi gak cuma persepsi itu...
-
waah, tanggal 13.. udah lama juga gak nulis. agak sensitif sebetulnya saya dengan angka 13. kali ini saya mau cerita tentang apa yang saya d...
-
Pagi ini saya baru pulang dari Paris, melampiaskan kekecewaan waktu ke Paris sebelumnya. Seneng akhirnya bisa jalan2 sampe lelah selelah2ny...
-
seminggu yang lalu saya baru saja menyelesaikan satu minggu penuh sebuah kursus mengenai ilmu genetika klinis. saya belajar dimulai dari da...