Waktu menjelang ujian, rasanya berat banget. Kecanduan keberadaan sahabat2 selama 4 tahun dan harus tiba2 berhenti dalam waktu singkat, itu berat rasanya. Bahan yang banyak. Emosi naik turun. Semangat mesti diseret. Kecepatan kayak siput. Semuanya itu bikin saya lelah sampe titik nadir. Saya sadar, ga akan ada yang bisa bantu saya selain diri sendiri. Namun ternyata cara itu justru bikin frustrasi. Saya bingung, kehilangan arah. Sesekali saya istirahat untuk mencoba memetakan jalan lagi.
Kadang saya berpikir ingin menyerah.
Sekarang ini saya bersyukur udah melewati fase itu. Saya berpikir banyak mengenai hidup ini. Kalau saat itu saya menyerah ditengah2 dan berhenti jadi dokter, lalu saya mau jadi apa? Sampai saat ini, saya ga punya jawaban yang baik. Sekarang saya sadar, saya sudah jalan sejauh ini ternyata, dan udah ga ada lagi point of return. Cuma perlu berjuang lebih lagi untuk jadi dokter yang paripurna.
Semoga kehidupan kedepan bisa menuntun saya jauh lebih baik lagi.
Kemudian saya berpikir tentang perjalanan hidup kedepan. Siapkah saya menghadapi masa depan dengan keadaan seperti ini? Mampukah saya? Saat masih banyak ilmu yang harus dikaji, kebiasaan yang masih harus diperbaiki, dan iman yang harus terus dikuatkan....tapi masa depan itu nyata adanya, tidak bisa ditolak. Tidak ada jalan mundur atau berputar balik untuk menyiapkan itu semua. Waktu terus berjalan. Pilihannya cuma mau siapkan dari sekarang atau nanti saat masa depan yang dinanti ada dipelupuk mata.