Dulu saya kira jadi dokter itu tidak mungkin, tapi nyatanya sesaat lagi saya jadi dokter. Banyak orang bilang akan sulit jika saya menjadi dokter kelak, saya butuh uang banyak, koneksi yang banyak, dan otak cemerlang. Alhamdulillah, uang Allah yang beri sampai saya bisa mulus sejauh ini. Koneksipun Allah bukakan jalannya, sampai2 saya punya teman2 hampir di seluruh penjuru nusantara. Otak cemerlang pun Allah perlahan tunjukkan. Bukan dengan saya jadi istimewa dan pintar, tapi saya dimampukan menjalani kehidupan di kedokteran. Semuanya dari Allah. Yang saya lakukan hanyalah tidak berhenti bermimpi.
Maka jika orang lagi2 bilang bahwa mimpi2 saya yang lain tidak mungkin, saya tidak peduli lagi. Kalaupun memang itu tidak mungkin, biarkan saja saya bersama mimpi2 saya. Autistik? Itu urusan saya. Kalaupun memang sulit untuk saya melakukan itu, saya tidak peduli berapa banyak mimpi buruk yang harus saya hadapi untuk akhirnya mendapat mimpi indah itu. Saya akan terus bermimpi.
Karena manusia tidak pernah tahu episode terakhirnya.