ternyata kenyataan pahit masa lalu lah yang membawa saya pada titik ini. titik dimana saya ketakutan menghadapi hidup. masa dimana saya mau tidak mau harus menjalani hidup mandiri. saat hidup mulai mencari pegangan, saat hidup mencari pelengkap hati, saat hidup mencari pengokoh jiwa, semata2 untuk ridhoNya.
jika dulu saya trauma dan memilih untuk diam, kali ini ada hal lain yang membuat saya lebih takut, efektivitas dan produktivitas +2/3 hidup saya. mau tidak mau, saya gak bisa terus jadi beban keluarga saya. masa depan yang Allah ridhoi yang menjadi ketakutan terbesar saya. sekuat apakah saya hingga bisa meraih itu sendirian? sehebat apakah saya hingga bisa menghadapi ujian dan cobaan sendirian? keraguan akan diri sendiri, kesadaran akan kecilnya diri ini membuat trauma itu hanya jadi pelajaran hidup buat saya.
dulu saya kira ini akan terus terjadi hingga saya mengakhiri hidup. rasa sakitnya masih terus terasa. tapi pandangan hidup tidak selamanya sama. Alhamdulillah Allah beri saya petunjuk dan keikhlasan. Akhirnya.
dulu saya kira Allah tega banget ngasih saya hidup sepahit itu, saya harus hadapi kepahitan di usia sekecil itu. tapi justru proses itulah yang satu persatu mengajarkan saya menjadi wanita tegar, logis, lebih menjaga emosi dan hati, dan menjaga cinta padaNya. ternyata ini semua benar2 bukti cinta Allah pada saya, bukan semata2 memberikan ujian dan cobaan. akhirnya saya paham bahwa hidup ini hanyalah cinta Allah semata. sudah selayaknya kita membalas cinta itu dengan cara yang Ia cintai. :)