Minggu, Juli 14, 2013

there's no coincidence in life, there's Allah.

Di dunia ini terlalu banyak yang disebut dengan kebetulan, padahal semua sudah diatur, ada maksud dan tujuannya. Sama sekali saya tidak pernah berpikir untuk ingin mengecap pendidikan di negeri Belanda, tapi Allah takdirkan saya untuk berada disana.

3 bulan sudah itu semua berlalu. Saya berpikir bahwa 2 bulan berada disana tidak akan terlalu banyak memberi perubahan pada diri saya, ternyata salah besar. Secara akademik mungkin tidak, tapi sikap dan perilaku saya berubah banyak. Keterlambatan menjadi hal-hal yang mudah membuat saya kesal. 10 menit saja, rasanya tidak ingin menunggu. Profesionalisme dan selalu memberikan upaya maksimum menjadi prinsip sehari-hari. Biarlah mereka bermain-main dengan hidupnya, tapi tidak dengan saya dan hidup saya. Jika mereka mulai mengganggu waktu dan hidup saya, toleransi menjadi semakin sempit. Mungkin terdengar seperti orang yang tidak sabar dan mudah marah, tapi budaya itu terkadang harus dipaksakan. Bukan, lebih tepatnya kebiasaan itu muncul dari Pembiasaan.

Alhamdulillah, setelah perjalanan itu, 2 stase –kulkel dan anestesi– sudah dilalui dengan cukup baik, bahkan mungkin sangat baik ketika di anestesi. Berbagai hal terjadi di ruang operasi. Mulai dari kurang personel membuat saya harus monitoring pasien sendirian tanpa residen sama sekali, membantu menyiapkan ruang operasi sendiri hingga hafal semua obat yang harus disiapkan diawal-tengah-akhir operasi dan dosis2nya, temen2 yang kooperatif dan dipuji2 residen sampe yg ngaco dan residen nya ngomel2, banyak sekali. 

Saya tidak pernah merasa sebersemangat ini. Sehari saja tidak ke ruang operasi, rasanya ada yang kurang. Ada rasa menyesal yang sangat menyayangkan hal itu terjadi. Disaat orang2 bosan hingga malas datang ke ruang operasi, saya justru sangat senang dan tidak mau keluar dari ruangan itu. Aneh. Pertama kali saya mengalami ini. Ketika Judicium kami dinyatakan lulus pun, rasanya ada yang tidak rela, masih ingin terus ada disana. Suasana yang menyenangkan membuat kami sangat senang ada disana. Saya dan Syahla sampai merasa berat ketika mau melangkah pergi dari ruangan departemen anestesi jumat kemarin. Seperti ada yang hilang.

Allah, segala puji hanya untukMu. Akhirnya saya menemukan apa yang selama ini saya cari di dunia kedokteran. Ilmu ini, anestesi ini luar biasa. Bukan hanya ilmu yang saya temui, tapi bakat dan secara natural diri saya bisa dengan mudah menyerap ilmu yang disampaikan. Semua pendapat orang bahwa saya tidak layak di dunia klinis terpatahkan seketika setelah saya masuk anestesi.

Tanpa maksud menyombong, tapi disebut ‘koas superior’ oleh dosen yang sangat saya kagumi sudah menjadi prestasi terbesar buat saya selama ini. Bukan karena saya merasa hebat, sama sekali bukan. Tapi Allah yang tunjukan pada saya bahwa ada di kedokteran bukanlah jalan yang salah, tapi memang Allah yang takdirkan. Bukan hanya diberi kesempatan, tapi juga diberi dengan kemampuan :) Allah akan selalu tempatkan seseorang yang kompetensinya layak di tempat tersebut. Keep confident, Rima!

kalau saya tidak pergi ke Belanda, mungkin saya ada di puncak kejenuhan dan tidak akan mendapatkan apa yang saya dapat saat ini. Alhamdulillah. Segala puji hanya untuk Allah :)

Allah, jaga saya tetap rendah hati.

Popular