Minggu, Agustus 25, 2013

Famed: promosi dan prevensi

kunjungan ke sd untuk penjaringan atau screening di 3 sekolah, 5 kelas, 150 siswa. hal ini membuat saya kesel banget. masa iya saya nemuin banyak anak sd yang telinga nya penuh dengan kotoran telinga yang memadat dan sudah sangat keras. untung saya saat itu membawa alat untuk mengeluarkannya. alhasil, jadilah saya dokter tukang ngorek2 telinga.

saya kesal bukan karena harus ngorek2 telinga, saya kesal sama orang tua siswa. ini anak diurusnya gimana sih, sampe telinga mereka begini? kan kasian. saya ngebayangin, mereka selama sekolah pasti dengarnya tidak begitu jelas. gimana caranya mereka bisa nyaman sekolah? setelah saya keluarkan kotoran telinga nya, mereka bilang "enakan, dok. terasa lebih lega". dalam hati pengen bilang, "ya iyalah kalo kotoran telinga nya sampe segumpalan gede begitu pasti penuh telinga nya rasanya. emaknya gimana sih", tapi yaa wajar mungkin masyarakat kurang paham.

belum lagi anak2 yang ternyata gak bisa melihat dengan jelas. mereka harusnya pakai kacamata, tapi sama orang tuanya tidak teridentifikasi. lama kelamaan mata mereka bisa jadi malas. lama kelamaan mereka akan sulit belajar. mau jadi bangsa yang cerdas bagaimana kalo sekolah saja terganggu sejak kecil begitu dan tidak ditanggulangi.

hal-hal simpel macam begini ini yang jadi bagian puskesmas. kecil, tapi penting. pencegahan dan promosi kesehatan. kalau orang2 protes tentang KJS yang menghabiskan biaya besar, para tenaga medis harusnya mikir 100x. kenapa masyarakat2 itu harus dateng ke RS dan layanan kesehatan lainnya untuk pengobatan? apalagi yang di RS sampai meningkat padahal sistem rujukan sudah dibuat. itu tandanya, fenomena gunung es terbongkar dan data kesehatan semakin jelas, sehingga peran puskesmas dalam promosi dan prevensi harus semakin efektif kalau mau penggunaan biaya kesehatan menurun. bukan malah protes mulu. kerja yang bener. *ngomelin diri sendiri*

Popular